Selasa, 29 September 2020

BERKENALAN DENGAN IKHLAS

 BERKENALAN DENGAN IKHLAS



Tidak sehari melainkan dua hari, Keluar Main jilid 2 dilaksanakan di masamba untuk mendampingi adik-adik korban banjir bandang masamba. Ada luka yang belum mengering di hati mereka yang kehilangan anggota keluarga, ada hati yang sedang belajar untuk lapang menerima kenyataan bahwa rumah hanya menjadi kenangan yang silih datang berganti dan menyisakan lubang nyeri, ada pundak yang berjuang untuk tegar seolah semuanya baik saja sambil mengeja waktu untuk benar-benar baik dan ada kenangan yang sedang menguji takdir untuk berpamitan. Bukan hal sederhana untuk kembali tersenyum dan kembali sadar bahwa semuanya baik-baik saja, bukan persoalan sehari atau dua hari, bisa jadi setahun atau dua tahun untuk betul-betul sadar bahwa semua yang dibutuhkan adalah Ikhlas.

Hari pertama keluar main di adakan di pengungsi Meli, di sudut bukit perkebunan kelapa sawit tenda-tenda darurat berdiri dan berbaris rapi. Di iringi tawa dan sambutan hangat anak-anak meli kami berbaur, merangkai berbagai permainan dengan mencoba merajut kembali harapan bahwa biarlah yang lalu berlalu, mereka perlu merayakan kebahagiaan. Kehadiran kami membawa beribu harap dengan sederet kata semoga, lewat congklak, ular tangga, lompat tali, lego dan puzzle. Permainan ini di hadirkan untuk setidaknya menghibur anak-anak barang sejenak meski hanya sehari setidaknya mereka bisa sadar bahwa mereka tak sendiri dalam melalui hari-harinya, ada kami yang selalu melangitkan doa untuk kebahagiaan mereka.

Senin, 14 September 2020

30 Hari Bersama Penyintas

 

30 Hari Bersama Penyintas

Ini kisah tentang mereka yang berhasil melampaui peliknya rasa dan berhasil memaknai arti Hadir

Di mulai sejak tanggal 12 Juli 2020, masamba malam itu mengalami banjir yang dahsyat, sebuah rumah hanyut dan menyisakan puing-puing, seorang bapak hanya memluk pohon dan berharap ada yang segera menolongnya. Malam itu masyrakat berfikir, mungkin inilah banjir terparah yang pernah terjadi di masamba. Solidaritas pemudia mulai bermunculan, galang dana di pinggir jalan dan media social dilakukan, untuk menolong para pengungsi yang rumahnya terendam banjir, saat itu semua berfikir mungkin besok lebih baik. Esoknya 13 Juli 2020, masyarakat mulai kembali berani memasuki rumah mereka, mengamankan barang ke lantai 2, menaruh barang berharga di atas lemari dan mengambil beberapa keperluan, saat sibuk mengurusi barang tersebut air bah kembali datang, dengan pikiran bahwa “ah, ini sudah biasa terjadi”, namun tidak sedikit yang salah kaprah malam itu, air yang super dahsyat datang dengan membawa material pasir, tanah, kayu dan bebatuan menyapu bersih Kota Masamba, dalam sekejap Masamba menjadi Kota mati, berikut dengan hanyutnya beberapa warga yang menjadi korban malam itu.

Malam itu ada seorang gadis bernama Wardah, saat itu dia memilih untuk kembali kerumahnya dan menikmati waktunya bersama Ibu, ia hanya ingin berbaring bersama ibunya, bercengkrama dan menghabiskan waktu, itu saja. Tak terasa air telah menggenangi rumahnya, kemudian ia memutuskan untuk beranjak dan mengajak ibunya meninggalkan rumah dan mengungsi, namun dalam perjalanan itu air bah datang dan menghantam mereka berdua, ia menggenggam erat ibunya dan meraih sebuah tiang, memeluk erat tiang tersebut dan ibunya dengan sekuat tenaga sembari berharap seseorang menolongnya, kemudian lewatlah sebuah kasur yan entah asalnya dari mana, kemudian ibunya menyuruhnya untuk naik terlebih dahulu, saat sudah berada di atas kasur dan hendak menarik ibunya juga naik, tiba-tiba sebuah kayu yang berukuran tidak sedang menghantam ibunya, seketika ibunya pingsan dan terlepaslah ia dari genggaman anaknya, ia menghilang terbawa arus.. wardah yang merasa lemah tak lagi bisa berbuat apa-apa, ia berteriak minta tolong namun apalah daya setiap orang sedang berusaha menyelamatkan dirinya masing-masing. Takdir berkata lain wardah hanyut terbawa arus dan arus itu menuntunnya kedalam masjid, ia selamat dengan berbagai luka di tubuhnya, namun luka di hatinya tentu tak sebanding. Kata-kata yang keluar dari lidahnya saat saya jenguk adalah “Kak, saya kuat InsyAllah, tidak usah khawatir ini takdir saya dan saya ikhlas”. 

Minggu, 14 Juni 2020

BUILDING PEACE WITH LOVE


BUILDING PEACE WITH LOVE

Kelas PLC kali ini dimulai dengan bercerita tentang film yang mewakili makna cinta, sontak yang terfikirkan adalah film Bollywood yaitu Kabhi Kushi Kabhi Gham. Film ini banyak bercerita tentang cinta bagaiman cinya bisa menguatkan juga bisa menghancurkan, karena cinta sepasang muda mudi menyatu, karena cinta sebuah keluarga menjadi hancur. Dalam sebuah hubungan cinta itu harus melibatkan imbuhan Di dan Me, sebab jika hanya menjadi salah satunya bisa jadi cinta itu tidak seimbang dan utuh. Lain soal jika kita bercerita tentang cinta secara universal, cinta bisa beragam wujudnya misalnya saja karena cinta terhadap Bumi ini maka saya ingin memperjuangkan keberlangsungan Bumi yang layak.

Apa itu cinta? Saya juga kurang paham dalam memahaminya, namun dalam prosesnya hampir melibatkan semua jenis emosi, ada yang baik pun yang buruk, dimata cinta semuanya baik-baik saja dan benar adanya. Sehingga lahirlah istilah cinta dan rasionalitasnya, maksudnya adalah aku mencintai dengan segala batasan kenormalan yang rasional dan tidak melanggar norma dan etika yang berlaku. Cinta itu harus ada batasnya dan dapat dirasionalisasikan biar tidak jadi bucin (Budak Cinta jadinya generasi baper nan galau) yang justru berdampak negative. Mislanya saja penguntit, rasa cinta yang hadir adalah sebuah anugrah namun karena cinta yang tak terbalas memunculkan dorongan untuk "menjadi lebih" yag justru melewati batas rasionalitasnya, bagi si pencinta itu adalah caranya dia mencintai, maka dalam proses mencintai atau dicintai ada rasionalisasi yang hadir untuk menjadikan hubungan tetap sehat dan baik-baik saja. 

Indicator utama cinta adalah Rindu, rasa ingin berjumpa yang di dorong oleh keinginan untuk mengulang rasa melalui perjumapaan atau mengulang kembali kenangan-kenangan yang kembali menghadirkan Rasa yang pernah hadir. Namun dalam perjalanan cinta ternyata ada beberapa jenis cinta yang tumbuh tanpa harus dibarengi perjumpaan, misalnya menjadi seorang muslim yang setiap saat bershalawat mengingat jungjungan hidup yang hanya dikenal melalui kisah atas kemuliaannya, setiap hari kita terus-terusan berdoa agar kelak berjumpa dengannya dalam kemuliaan naungan bimbingannya, kita tak pernah berjuma dengannya namun kita yakin bahwa dialah sang kekasih Allah s.w.t yang di utusnya untuk membimbing manusia menjadi manusia seutuhnya, dan inilah yang disebut RINDU.

FAMILY, COMMUNITY AND SOCIAL RESILIENCE


FAMILY, COMMUNITY AND SOCIAL RESILIENCE

Dalam setiap tahapan perkembangan diri menuju pribadi yang lebih baik, tentu aka nada banyak pertenttangan yang dihadapi. Pertentangan yang paling pertama adalah pertentangan pada diri sendiri, kemudian akan berkembang merambah ranah keluarga kemudian ke lingkungan social. Demikianlah tahapan perkembangan masalah yang pelan-pelan akan melahirkan engalaman baru yang kemudian bermetamorfisis dalam wujud sikap pirbadi yang lebih matang tentunya. Adversity ini family?, ertanyaan mendasar, aakah pertentangan dalam keluarga yang pernah kamu alami atau bahkan masih bergelut pada ranah ini? Yup, keluarga akan memenculkan pertentangan pada setiap keputusan kita sebagai bentuk intervensi ke-Dewasa-an orang-orang yang merasa lebih dewasa meski kadang lupa aspek kebijaksanaan jauh lebih penting dari kata dewasa yang di ukur dari batasan usia. Salah satu pertentangan yang saya alami berada di keluarga adalah keinginan saya untuk Mengikuti Indonesia Mengajar mungkin salah satunya. Sejak 2014 saya menyelesaikan studi dan berencana untuk mendaftarkan diri, sounding ke orang tua, malah dapat penolakan. Kurang lebih apa yang di sampaikan ibu banyak benarnya seputar bagaimana saya bisa hidup sendiri di lingkungan baru, bagaimana saya bisa tetap berkomunikasi dengan orang tua, kalau saya sakit gimana ngurusinnya dan masih banyak lagi, sempat terfikirkan, lha.. selama ini saya di Makassar juga sendiri kok, apa bedanya dengan berada di daerah yang kilometernya agak lebih besar angkanya, dengan tenang dijawabnya setidaknya saya tau kamu di mana dan saya bisa menyusukmu jika kamu membutuhkan saya. Wah…. Jawaban yang tidak mungkin saya bantah lagi. Saat itu juga saya sedang mengikuti program Sail Raja Ampat, pikirku ini sudah cukup untuk memuaskan rasa penasarnku dengan IM. Singkatnya saya tidak lagi terfikirkan untuk mengikuti program pengabdian, hingga suatu saat saya bertemu dengan Pengajar Muda dan kemudian keinginan itu kembali tumbuh dan sayapun menemukan strategi yang berbedda dari sebelmunya, jika sebelumnya izin dlu baru daftar sekarang kebalik, lolos dulu baru izin, dan tekhnik ini berhasil, ibu Cuma bilang, coba yah dulu saya izinkan sekarang kamu sudah pulang tentunya. Tentu jawaban ini bukanlah jawaban restu namun setidaknya pertentangannya sudah sedikit mereda. Disini saya belajar bahwa, masalah itu mekanismenya adalah di pelajari kemudian diselesaikan.

Selasa, 19 Mei 2020

MENJADI GUARDIAN OF PEACE


MENJADI GUARDIAN OF PEACE

Dipenghujung tahun 2019, saya mendapatkan info sebuah kegiatan yang cukup berbeda dari kegiatan yang saya ikuti sebelumnya, ajakan untuk mnegikuti sebuat training untuk menjadi seorang fasilitator, tak ada gambaran tentang kegiatan ini, Cuma di kasi tau saja “ini keren, ikutmi”, ditengah perjalanan saya berlibur di Tana Toraja waktu itu, tanpa pikir panjang sayapun mengisi formulirnya dengan gambaran “saya membutuhkan lingkungan baru dan ilmu baru sepertinya”, jreng…. Saya tersentak melihat nominal harga trainingnya, jarang-jarang saya tergerak untuk mengikuti kegitan dengan budget lumayan, tapi karena sudah terlanjur ngisi formulir, yah malu dong kalau tidak lanjut. Singkatnya sayapun mendaftarkan diri ke kegiatan yang entah berantah ini, sangat jauh dari kebiasaan saya dalam mengikuti sebuah kegiatan biasanya (cari gratisan kalau bisa saya yang di bayar, mental mahasiswa belum hilang soalnya).

Kegiatan itu adalah Training For Peace facilitator (TFPE), dihari pertama kegiatan muncul kecemasan, bisakah saya bergaul yah? Bisakah saya enjoy dengan kegiatannya apalagi di jadwal kegiatannya cukup lama, udah kebayang bosannya, dan saya memilih untuk datang terlambat dan sengaja melambatkan diri, yang dijadwal harusnya datang paling lambat jam 08.00 saya datangnya jam 09.00. dan semua berjalan dengan baik justru, saya punya kenalan baru yang lama juga ternyata ada, kegiatannya tidak membosankan dan saya sampai lupa pernah menguap apa tidak hingga kegiatan berlalu selam 3 hari dan semuanya sangat menyenangkan. Dari sana saya mulai cukup tertarik dengan berbagai kegiatan Kita Bhinneka Tunggal Ika. Di TFPE ini merupakan momen pertama saya bercerita banyak tentang keluarga saya ke kak Via, sampe tidak nyangka juga kalau saya ternyata saya bisa seterbuka itu tentang keluarga.

SOCIO CULTURAL COMPETENCE AND RESILIENCE


SOCIO CULTURAL COMPETENCE AND RESILIENCE

Resilience atau ketahanan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan kita, kemampuan bertahan dengan mekanisme hidup yang lebih berat dan meningkatkan ketahanan diri dalam melewati fase yang lebih berat dan mampu melampauinya adalah bentuk kemampuan resiliensi seseorang. Sebelum jauh memahami tentang resiliensi pertanyaan yang paling pertama ditanyakan di kelas PLC kali ini adalah, pernahkah kalian merasa stress dan bagaimana gambaran kadaannya saat itu. Tentunya kata ini sangat lazim digunakan apalagi saat kuliah, sedikit-sedikit bilang stress akibat tugas numpuk, stress program kerja lembaga lambat pelaksanaannya, stress uang jajan belum datang dari kampung, dan masih banyak stress receh lainnya. Namun apakah stress kita sumbernya dari masalah receh ini? Tentu tidak masih ada super stress lainnya seperti meninggalnya Bapak atau Ibu kita. Stress itu berupa kecemasan yang timbul akibat gagalnya kita memenuhi kebutuhan atau keinginan yang mengakibatkan tekanan pada jiwa. Dari penjelasan ini saya berfikir bahwa betapa mudahnya kita stress akibat banyaknya keinginan dan kebutuhan yang selalu kita bangun bahkan melampaui batas kemampuan diri kita memenuhinya.

Dalam kelas parenting saya sempat belajar bahwa kita terlahir di zaman dimana menangis itu di larang, coba bayangkan di masa kecil kita saat menangis dan kata pertama yang terlontar dari orang tua adalah “sstt… jangan menangis ya, sudah yah”, kata ini justru mengakibatkan anak gagal dalam memahami emosi, sehingga dampaknya adalah anak mudah merasa tertekan sebab emosinya tidak dikenali dengan baik dan tidak disalurkan dengan cara yang aman dalam tahap perkembangannya. Terlepas dari itu semua, ini adalah sebuah tantangan baru, dimana Tuhan ingin mengajak kita mengenali emosi kita melalui cara-cara yang termanis, melalui sujud dan doa mungkin salah satunya.

Senin, 04 Mei 2020

NATURE OF CONFLICT


NATURE OF CONFLICT

Sebelum kita jauh melangkah membahas Mengenai konflik, sebelumnya mari kita sedikit beRcerita mengenai kedamaian. Damai itu menurut saya priibadi adalah kondisi dimana kita bisa hidup dengan penuh rasa keadilan atas hak-hak kita yang terpenuhi, kebayangkan yah, kondisi saat ini dimana kita selalu merasa ini dan itu, namun ternyata kedamaian yang saya maksudkan ini adalah kedamaian yang mustahil untuk di penuhi sebab factor-faktor yang telah di bahas di kelas sebelumnya yaitu manusia adallah makhluk yang assosial sekalgus social, manusia adalah makhluk yang sangat individual dan egois. Ternyata memaknai damai itu cukup dengan membayangkan bahwa di dunia ini tidak ada lagi kekerasan “Absence of violence” , meski pertentangan atau bentuk konflik lainnya tetap terjadi, sebab untuk hal yang satu ini tentu terjadi.

Hampir di setiap lini pendidikan kini aktif menyuarakan pendisiplinan tanpa kekerasan, sebab kekerasan adalah bentuk konflik terburuk yang tidak untuk di kenalkan kepada anak-anak. Mengikuti konsep gaya yang katanya “gaya orang dulu”, tentu sudah tidak relevan. Saya percaya bahwa setiap zaman dan generasi memiliki keunggulannya masing-masing, jadi kata “kami dulu dek/nak” sudah tidaklah relevan dan hanya menjadi bibit munculnya pertentangan yang baru, dimana ekspektasi kita dibentuk tanpa di dasarkan kepada realitas-realitas yang perlu dipertimbangkan. Saya ingat di awal tahun ini tante saya mengadopsi bayi, ku sebutnya baby Al. sejak tahun 2017 saya mencoba membantu mencari anak yang bisa di adopsi mulai dari panti asuhan yang ada di makasssar, kebetulan saya dan beberapa teman saya mengadapakn program helping hand di salah satu panti asuhan di talasalapang, Makassar. Dia bayi yang di titipkan oleh orang tuanya saat masih bayi hingga ia beranjak 2 tahun orang tuanya tak kunjung datang menjemputnya, mata sayunya membuat setiap mata yang melihatnya luruh, setiap telinga yang mendengar kisahnya marah, kukenalkan dialah kepada tanteku dan prosedur adopsinya ternyata pengurusannya tidak mudah, belum lagi Ibu menentang keras ide ini, ku urungkan niat untuk mengurus proses adobsinya. Tante saya memutuskan untuk tidaak banyak membahas bayi saat berkunjung ke rumah, melihat watak ibu yang cukup keras saat itu. Di tahun selanjutnya sepupu saya mengadakan ulang tahun di salah satu anti asuhan yang ada di Syeh Yusuf, Makassar, disana adalagi kisah yang menyedihkan, seorang anak riang yang baru saja berumur 8 bulan yang tertatih berjalan ia menjadi sorotan utama kami saat itu, bagaimana tidak, dia anak yang di buang oleh ibunya di dalam kardus mie yang diletakkan di depan panti asuhan dan sepucuk suratnya meminta pihak panti asuhan menjaga anak tersebut. Keinginan untuk mengadopsi anak muncul kembali, kutanyalah ke beberapa orang, ternyata mengadopsi anak yang ada di Panti asuhan ternyata tidak mudah, sebab anak-anak disana sudah di data oleh Dinas Sosial, jadi waktu itu saya disarankan untuk menghubungi perawat di rumah sakit bersalin, dan meminta bantuan untuk menghubungi tante saya jika ada anak yang bisa di adopsi, sebab anak yang baru lahir belum terdata oleh dinas, sehingga pengurusan akte kelahirannya jauh lebih mudah.

Minggu, 26 April 2020

“DIALEKTIKA PERANG DAN PERDAMAIAN ABADI”


“DIALEKTIKA PERANG DAN PERDAMAIAN ABADI”

Kelas PLC kali ini akan menyinggung perihal peperangan dengan mnggunakan sudut pandang sederhana dalam memaknai sebuah kejaidaian besar yang membawa manusia berada pada titik terendah untuk kemudian menemukan mekanisme baru untuk mencegah pengulangan kejadian di masa lalu dan kemudian bangkit melebihi dari kapasitas yang dilalui sebelumnya. Sebelum berangkat ke penjalasan yang lain, mari kita sejenak berfikir, Perang Baik atau Burukkah?, mau bilang baik, apakah kematian banyak orang untuk mencapai kepentingan salah satu kolmpok itu baik? Upaya menang dan mengalahkan itu baikkah? Mungkin baik bagi kelompok menang namun bagaimana dnegan kelompok yang kalah, setiap kekalahan dari peperangan atau dijajah tentu menyisakan luka yang menurun atau adanya pewarisan kekelahan bagi penerus untuk kembali belajar bangkit. Dalam kisah kenabian pun kita banyak belajar daari kisah-kisah perjuangan Rasulullah dan Sahabat nabi dalam berperang, dan kisah kekhalifahan dan juga kisah tentang runtuhnya kehalifahan dari sebuah perang. Sejak dulu kita mendengarkan banyak kisah kejayaan dan keruntuhan dari sebuah peperangan, dan keadaan saat inipun memunculkan kekhawatiran bahwa sewaktu-waktu peperangan bisa saja terjadi. Dalam beberapa sudat pandang, perang tentu tidak mendatangkan kebahagiaan bagi semua orang, namun dari peprangan jugalah kita belajar untuk enemukan mekanisme hidup yang lebih bijaksana tentutnya.

Berangkat dari poal pikir Emmanuael Kent, seorang filsuf yang merumuskan Perdamaian Abadi dengan mengemukakan pendaptanya bahwa “Bertindaklah seolah-olah maksim tindakan Anda melalui keinginan Anda sendiri dapat menjadi sebuah Hukum Alam yang Universal”. Dalam pandangannya, perang adalah sebuah hokum alam yang terjadi akibat proses pembelajaran manusia, peperangan terjadi untuk menciptakan kehidupan ynag lebih baik setelahnya. Sebelum jauh memhami konsep perang yang di kemukakan oleh Kent Immanuel, manusia adalah makshluk yang assosial dan social, maksudnya adalah manusia merupakan makhluk yang membutuhkan orang lain namun di satu sisi ia adalh makhluk yang sangat individual dan mementingkan kepentingan pribadinya. Dorongan inilah yang kemudian disebut sebagai Antagonisme yaitu dorongan alam manusia untuk mementingkan diri sendiri dan sebagai bentuk Hukum alam.

Minggu, 19 April 2020

SOCIAL IDENTITY PREJUDICE AND STEREOTYPE


SOCIAL IDENTITY PREJUDICE AND STEREOTYPE

Apa yang membedakan jiwa satu individu dengan individu lainnya?, materi kali ini dimulai dengan pertanyaan yang sepert ini, bagaiman kita bisa tau ini jiwanya si A dan ini jiwanya Saya. Sebelum menjawab pertanyaan tadi, perlu disadari bahwa jiwa itu terikat oleh raga,ibarat sebuah kendaraan raga menjadi kendaraannya sedangkan jiwa menjadi pengendaranya, karena jiwa terikat dengan raga maka salah satu cara untuk membedakan jiwa satu dan lainnya adalah melalui ciri penampkannya, hal pertama saat kelahiran jiwa di dalam raga adalah dengan diberinya ia sebuah nama yang menjadi penanda dirinya, selain itu jiwa ternyata bertumbuh dan berkembang seiring dengan pengalaman, sehingga jadilah jiwa A dan Jiwa B. 

Jiwa itu diberi dan terberi, ada yang tidak dapat kita pilih, ada juga yang dapat kita pilih. Tempat lahir, orang tua, jenis kelamin, dan sebagainya merupakan identitas jiwa yang diberikan oleh Tuhan, kita tidak dapat memilihnya, sebab begitulah identitaas yang membarengi kelahirann kita. Sedangkan pekerjaan, passion, pendidikan adalah terberinya identitas jiwa berdasarkan pengalaman yang dilalui. Konsep identitas jiwa ini dapat berkembang menjadi identitas kolektif, berupa identitas Kelompok, identitas suku, ras, dll.

Identitas inilah yang kemudian memunculkan keinginan untuk memiliki Self Image atau citra diri. Self Image adalah apa yang dilihat seseorang ketika dia melihat dirinya sendiri. Berikut penjelasan beberpa ahli terkait citra diri( Burn, 1993) Citra diri juga bisa disebut kesadaran diri, yang masuk akal dari apa yang orang pikirkan tentang diri mereka sendiri (Brown, 1998). Ada juga yang berpendapat bahwa Citra diri adalah aspek citra diri yang memengaruhi harga diri (Centi, 1993). Dalam proses pemenuhan citra diri inilah yang bisa menimbulkan konflik pribadi di dalamnya, saat seserang merasa malu akibat suatu perkataan atau peristiwa dan mengancam rusaknya citra diri yang telah dibangun maka reaksi pribadi bisa menimbulkan konflik, beberapa kasus pembunuhan bisa juga di picu oleh factor ini, kehilangan muka atau lost of face akibat citra diri yang terusik, akhirnya muncul konflik dan bisa berujung pertikaian. Jika isu pribadi tadi kemudian memunculkan narasi-narasi baru dan melibatkan banyak orang isu tadi kemudian dapat membesar dan berujung pada isu kolekif.

Sabtu, 11 April 2020

PHIOLOSOPHY OF PEACE AND CONFLICT RESOLUTION


PHIOLOSOPHY OF PEACE AND CONFLICT RESOLUTION
(3 GERAK JIWA PLATON)

Materi ini berkaitan dengan beberapa materi sebelumnya yaitu Allegori Jonathan Livingstone Seagull, ERO dan Hakuna Matata. Pada materi kali ini kami peserta PLC di ajak untuk memaknai peranan ilmu filsafat dalam memahami hidup. Pada materi kali ini ada beberapa pembagian sub judul yang akan membantu kita memahami peranan filsafat, dimulai dari Defenisi filsafat, Hwo am I, dan 3 gerak jiwa.
Defenisi Filsafat, jadi ingat materi semester 1 saat kuliah dulu buku biru Filsafat Ilmu buku Jujun  S. Suriasumantri yang cukup popular dikalangan anak-anak BEM, matakulaih yang paling rame dan tidak pernah tenang saat dibawakan oleh dosen. Filsafat berasal dari 2 suku kata Philo yaitu cinta dan Sophia yaitu kebijaksanaan atau wisdom. Singkatnya filsafat merupakan ilmu tentang kecintaan terhadap ilmu itu sendiri, rasa cinta untuk ingin mengetahui lebih hal-hala yang paling mendasar di kehidupan dan menghasilkan kebijaksanaan dalam memaknai setiap pengetahuan. Filsafat juga dikenal sebagai ilmu segala ilmu, sehingga hamper disetiap jurusan pasti mendapatkan materi filsafat, sebab rasa ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan adalah ilmu dari berfilsafat. Semenarik itu filsafat, meski waku kuliah kadang menjengkelkan berfilsafat dengan senior, sebab kesannya ingin menguji dan menunjukkan betapa pintarnya mereka membuat kami bingung apalagi kajiannya melulu tentang ketuhanan yang tidak jarang menimbulkan kesan ragu terhadap keesaan tuhan, hingga dosen saya sempat melontarkan kalimat seperti ini “ada beberapa ilmu yang ketika kita sulit menemukan rasionalisasinya, maka bisa jadi yang dibutuhkan adalah keyakinan”. Namun, tetap saja harus ada keyakinan bahwa tuhan itu maha tau dan segala yang diciptakannya tentu dapat dirasionalisasikan agar bertumbuhlah keyakinan kita.
Dalam berfilsafat, kerap kali pengetahuan yang dinalarkan akan mengalami pertentangan, jika pengetahuan itu bertentangan dengan value yang diketahuinya sehingga saat ada sebuah kebijakan kerap terjadi konflik. Sebab beberapa filsuf mencoba untuk untuk mengkaji sebuah pengetahuan yang mengakibatkan “setereotip tertentu”, mereka mencoba mengkritik karya filsuf lain, sehingga tidak jarang ada banyak pertentangan dan konflik muncul. Sehingga dalam berfilsafat harus tumbuh keyakinan bahwa ilmu yang ingin dicari adalah segala bentuk ilmu yang bisa menciptakan kecintaan kita terhadap ilmu itu dan menjadikan kita sebagai pribadi yang lebih bijaksana, namun jika terjadi secara berbeda, maka perlu adalanya kesadaran diri, apakah kita sudah benar dalam memaknai ilmu pengetahuan.
Melirik kisah hidup seorang Socrates, seorang filsuf yang sangat terkenal dengan kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan yang berhasil menginspirasi orang lain bukan melalui tulisannya namun melalui wujud cinta dan kebijaksanaannya terhadap ilmu pengetahuan, sosok filsuf yang menunjukkan rasa ingin tahunya dengan terus-terusan bertanya dan berdialegtika dengan siapa saja yang pada akhirnya memunculkan kesadaran pada orang lain tentang kebijaksanaan, meski dalam sejarah Socrates dianggap memunculkan berbagai kontreversi namun ia dikenal sebagai sosok yang paling mampu menjawab segala pertanyaan terkait hawa nafsu dan perjalanan roh. 
“Hidup yang tidak pernah diperiksa adalah hidup yang tidak layak untuk dijalani"

Minggu, 05 April 2020

HOW TO FIND YOUR DREAMS

“FIND YOUR DREAMS”

Dalam proses menemukan “why” seperti postingan sebelumnya bahwa dalam proses menemukan “why-nya kita” tentu bukan persoalan mudah, jalan yang dilalui tentu cukup dinamis dan bisa saja menghadirkan kekosongan dan ketidakdamaian. Dalam proses ini perlu disadari kita sedang melakukan apa dan akan menargetkan apa, sebab kesadaran inilah yang akan menumbuhkan “aware”nya kita dalam menyikapi setiap pesan-pesan tuhan yang datang.
Dalam proses menemukan apa biasanya kita akan terjebak dalam ruang-ruang ambisi pribadi “saya mau jadi”, “kalau jadi.., saya mau jadi…”, kata ini menjadi penggiring indikasi ambisi pribadi tersebut, dan perlu melakukan konfirmasi kembali, apakah misinya kita menjadi apa berdasarkan kepentingan pribadi atau kepentingan orang banyak. Sungguh, bukannya sangat sederhana tuhan menciptakan kita jika hanya untuk mementingkan ambisi sendiri, bukankah itu tidak mencerminkan betapa kuasanya tuhan?, kehadiran kita tentu jauh lebih besar peranananya dari hanya sekedar memikirkan ke-Akuan.
Memaknai tugas ke-Akuan dan tugas ke-Kitaan, adalah dengan mengukur dampak yang dihasilkan dari sebuah capaian, kalau targetnya individu maka hanya akan berdampak secara individu namun jika targetnya adalah untuk masyarakat maka dampaknya juga tentu untuk masyarakat. Ke-Esaan tuhan salah satunya terwujud dengan dikirimnya manusia-manusia yang bervisi masyarakat dan belajar untuk lupa atas kepentingan pribadinya, diutusnya manusia-manusia pilihan yang mengajarkan manusia lain bahwa kebaikan itu dapat di tularkan dan menularkan, bahwa kebaikan itu bisa dipelajari dan membelajarkan dan kebaikan akan mendatangkan kebaikan lainnya.

Minggu, 29 Maret 2020

DO YOU KNOW YOUR DREAMS?


“YES, I KNOW MY DREAMS”

Materi ke 7 sesi 1 Peace Leadership Class untuk asupan jiwa dan kepala para Guardian Of Peace Kita Bhinneka Tunggal Ika, judul besarnya dalah DO YOU NOW YOUR DREAM?, pertanyaan yang mudah mungkin untuk dijawab saat kita masih SD namun seiring usia bertambah kita memilih untuk tidak lagi bermimpi, dengan anggapan bahwa saya ikhlas dengan semua takdir saya dan saya lelah untuk bermimpi. Nah, dalam proses ini ada tahapan yang kurang tepat kita lalui, dimana sebagian besar kita berfokus pada “Apa” dan lupa tentang “Kenapa” akhirnya berujung pada ketidak damaian kita dalam menjalani hidup. Kadang kita merasa tidak cocok dengan pekerjaan, jurusan saat kulah atau bahkan kita gagal memenuhi ekspektasi diri kita sendiri, misalnya merasa sudah cukup layak untuk S2 dengan beasiswa, namun dalam prosesnya kita gagal dan merasa lelah, hal inilah yang kemudian kita maknai sebagai konflik Tuhan dan manusia, saat tuhan berkehendak lain dan manusia terus berekspektasi. Mungkin saja tuhan hendak menguji kita dengan mendapatkan S2 dan beasiswa namun di kampus yang berbeda atau dengan beasiswa yang berbeda, atau mungkin saja yang kita butuhkan saat itu bukanlah S2 melainkan kerja dulu, atau masih banyak kemungkinan lainnya yang Allah sudah rencanakan untuk kita.
Pada fase ini bisa kita anggap sebagai salah satu bentuk kegagalan dalam mengidentifikasi tujuan hidup. Nah, tugas selanjutnya dalah bagaiman cara yang tepat dalam menemukan mimpi itu?. Mimpi yang kita bangun (bukan temukan) adalah yang berdasarkan pada kesadaran untuk bergerak menemukan misi hidup, temukan dulu misi hidup kita apa dan alasannya kenapa. Dalam proses ini kita sebaiknya memahami 2 persfektif dalam membangun mimpi yaitu “START WITH WHY” dan “JADI APA VS MELAKUKAN APA”.

Jumat, 20 Maret 2020

RESPECT


RESPECT


Dis-respect merupakan salah satu problematika bersosialisasi yang kerap kali menimbulkan berbagai prasangka dan ketidaknyamanan pada lingkup social kita. Pada pertemuan Peace Leader Class kali ini, respect menjadi tema besar materi yang dibahas, mulai dari berbagi cerita mengenai dis-respect. Saya mencoba membagikan satu cerita yang saya anggap sesuai dnegan kejadian di-respect, yaitu sekitar tahun 2002 saat itu Ibu saya memutuskan untuk mengenakan cadar, sebagian besar tetangga saya merasa tidak nyaman dengan keadaan itu belum lagi adik nenek saya Wahid Kadungga saat itu didakwa sebagai terduga teroris , sontak tetangga saya menunjukkan sikap yang tidak nyaman dengan kehadiran kami meski sudah bertahun-tahun hidup berdampingan. Tapi sering waktu berlalu, semuanya membaik, orang-orang mulai banyak yang paham mengenai penggunaan cadar dan kami bukan keluarga ekstrimis seperti yang mereka prasangkakan. Dis-Respect itu terjadi karena “fail to meet one of your expectation have no reasonable excuse for my failure”, jadi ketika kita mengekspektasikan sesuatu terjadi sebagai bentuk respon dari sikap atau tindakan kita dan kemudian ekspektasi tersebut tidak terwujud maka saat itulah muncul dis-respect kita terhadap orang lain. 

Understanding respect, kita perlu memahami respek itu seperti apa dan bagaimana ia terbentuk dalam pikiran kita, berikut tahapan-tahapan yang perlu kita sadari dan pahami.

Selasa, 10 Maret 2020

SOLIDARITAS BUTA DI BALIK ISU EKOLOGI


SOLIDARITAS BUTA DI BALIK ISU EKOLOGI


Sidetalk kali ini masih membahas mengenai isu ekologi, setelah sebelumnya membahas mengenai perilaku manusia terhadap lingkungan, kali ini kajian lebih berfokus kepada perusakan lingkungan di sekitar kita. Isu lingkungan maka kita akan banyak berbicara mengenai kegagalan manusia menyeimbangkan kultur sebagai bagian dari ekosistem. Salah satu bentuk terputusnya kebudayaan atau kearifan lokal terdapat pada lingkungan, sebab ketidak sadaran kita terhadap lingkungan kita membuat kebudayaan semakin terkikis. Kebiasaan nenek moyang kita dengan berbagai ritualnnya pada dasarnya membentuk sebuah pardigma “jika tidak, maka akan”. Contohnya, dulu ketika hendak menebang pohon warga melakukan ritual dengan meminta izin kepada penguasa hutan dan kemudian menam kembali satu pohon yang baru sebagai gantinya, karena jika tidak dilakukan hal demikian maka penguasa hutan akan marah dan pada akhirnya mendatangkan berbagai macam bencana alam seperti banjir dan longsor. Kepercayaan inilah yang kemudian hilang dan justru membuat sebagian besar manusia bertindak seenaknya dan merasa menjadi sosok makhluk yang super power melampaui “penguasa hutan” tadi. Seacara logika, hal yang dilakukan nenek moyang kita adalah sesuatu yang bodoh, tapi coba kita pahamkan kembali jika penguasa hutan adalah Tuhan?, dan dampak lingkungan setelah terjadinya pembakaran hutan, penebangan dan eksploitasi lingkungan berupa banjir dan longsor sebagai bentuk kemarahan dan teguran dari Tuhan. 

Sabtu, 29 Februari 2020

PEMIMPIN YANG BEBAS KEPENTINGAN


PEMIMPIN YANG BEBAS KEPENTINGAN


Mengenali potensi kepemimpinan, mengidentifikasi ketulusan dan menumbuhkan rasa percaya adalah roleplay seorang pemimpin. Setelah mempelajari kepemimpinan Jonathan Seagull pada postingan sebelumnya, tugas selanjutnya adalah mengenali bagaiman pemimpin itu seharusnya. saya mengingat ada yang mengatakan bahwa ketika telur mendapatkan kekuatan dari luar untuk memecahkan cangkangnya maka ttelur tersebut akan rusak dan hancur hingga gagal menetas dan menjadi sesuatu yang bermanfaat, namun sebaliknya jika kekuatan itu terlahir dari dalam cangkang dan memecahkan cangkang telur tersebut maka yang terjadi adalah lahirnya sebuah kekuatan baru dan bermanfaat untuk sekitarnya. Dari sini kita dapat belajar bahwa sejatinya kekuatan itu harus dibangun dari diri sendiri, meskipun untuk menjadi seornag pemimpin ada aynag kare keturunannya, ada yang karena kekuasaan dan jabatannya, namun dibalik itu semua kekuatan diri sendiri yang bertumbuh dan mengakar dalam jiwa adalah kekuatan sejati seorang pemimpin. 

Rumus untuk menjadi seorang pemimpin adalah T= C + I + I – SI. Untuk menjadi seorang pemimpin tentu harus ada yang dipimpin, anggaplah mereka adalh follower atau pengikut, alasun utama kita bisa diikuti oleh orang lain adalah karena kita mendapatkan kepercayaan dari orang lain untuk melakukan hal-hal atau menjadi perwakilan dari sekelompok orang tersebut. Singkatnya, syarat utama seorang pemimpin adalah ia yang bisa dipercaya dan mendapatkan kepercayaan, jadi T adalah Trust. 

Kamis, 27 Februari 2020

HAKUNA MATATA


HAKUNA MATATA, HEY.. No worries!!!


Melanjutkan postingan sebelumnya, Hakuna Matata merupakan rangkaian terakhir dari setiap refleksi yang di lakukaan saat outdoor training. E+R=O adalah sebuah rumus yang memiliki arti yang sangat mendalam, rumus ini hadir untuk memberikan nilai dari setiap kejadian atau Event dan menilai upaya-upaya yang dilakukan melalui responses terhadap event tadi yang kemudian menghasilkan sebuah outcomes pada diri.  Sebagian besar permasalahan yang hadir pada diri dikarenakan penilaian kita terhadap sebuah kejadian atau even yang terlalu besar atau bahkan terlalu kecil, contohnya saja kita pernah dikecewakan oleh orang terdekat kita yang membuat kita menjadi sangat terpuruk, artinya event tersebut memiliki nilai yang sangat rendah hingga menempati posisi minus (-10 misalnya), kemudian kita tidka memiliki upaya dalam merespon kejadian tersebut, hari-hari dilalui hanya dengan menyalahkan kejadian tersebut hingga kadangkala kita bahkan menyalahkan tuhan atas takdir yang kita lalui tadi., ketika respon kita juga rendah maka tentu saja outcomesnya pasti negative, depresi dan stress menjadi hasil akhirnya. Kasus ini menunjukkan bahwa fase hidup yang kita lalui adalah dengan menghilangkan Respon sehingga yang terjadi adalah E=O, padahal peranan respon positif sangat dibutuhkan untuk memberikan hasil yang lebih baik. Ketika respon dihilangkan hal-hal yang terjadi adalah Blaming kejadian atau seseorang yang kita anggap paling bertanggungjawab dengan masalah kita, Complaining kepada seseorang atau bahkan kepada Tuhan akan masalah yang kita hadapi dan yang terakhir adalah Defensif, mencoba mempertahankan diri.


Selasa, 25 Februari 2020

Outdoor Training Guardian of Peace

OUTDOOR TRAINING GURDIAN OF PEACE


You can’t buy a memory but you made it!!
Dalam program  guardian of Peace salah satu tahapan yang perlu dilalui adalah program outdoor training dimana para seagull tak bersayap ini kemudiandibekali ilmu oleh guru Ciang  agar bisa menemukan cara untuk tetap survive menuju titik tertinggi hidup yaitu Kesempurnaan Cinta. Untuk membekali para seagull tak bersayap ini, mereka membutuhkan tim yang mampu untuk saling mendorong dan bekerjasama dalam menciptakan perdamaian, karena tugas kita adalah menumbuhkan, menebarkan dan menjaga perdamaian.

Refleksi 1
Pertanyaan dimulai dengan ceritakan 3 pengalaman paling bahagia dalam hidupmu?, sejatinya ketika kita mulai ditanyakan dengan pertanyaan seputar diri sendiri akan sangat sulit untuk mengurai satu persatu kebahagiaan itu, entah karena kita selalu menjadi pribadi yang bersyukur atau justru sebaliknya kita sudah lupa kapan kita bahagia, dan hal yang paling menyedihkan adalah ketika kita sadar jika selama ini kita hanya lupa bahwa sedang berpura-pura bahagia. Menceritakan orang lain ternyata jauh lebih mudah bagiku ketimbang menceritakan diri sendiri, artinya saya harus mencoba memberikan penilaian akhir pada setiap kejadian yang masih membekas di ingatan. Dari moment ini, saya merefleksikan bahwa hal yang paling membahagiakan adalah ketika saya dilahirkan, ketika saya sadar saya berhasil menjadi zigot terpilih untuk kemudian bisa menjadi janin, dan ini adalah kemenangan pertama yang saya dapatkan. Dari sini saya belajar bahwa, kebahagiaan itu bisa didapatkan melalui banyak hal, pertama karena berhasil melewati titik terendah dalam hidup dan kemudian bangkit hingga kita mampu menertawakan masa-masa sulit itu, yang kedua adalah pengalaman pertama yang selalu berhasil membekas dalam ingatan, pengalaman pertama naik pesawat misalanya, ada juga yang menemukan kebahagiaan di suatu “Kebetulan”, kebetulan membaca jokes, kebetulan mendengar lelucon orang di saat kita sedang sedih. Pada dasarnya kebahagiaan adalah serangkaian kebetulan yang harus kita syukuri dan sadari bahwa Allah tidak pernah salah dalam menempatkan suatu kejadian.

Rabu, 12 Februari 2020

SELF REFLECTION


MENGENALI FASE KEPEMIMPINAN
(ALEGORI JONATHAN LIVINGSTONE SEAGULL)

 
                                 https://www.qureta.com/post/burung-camar-yang-bebas


Berawal dari kisah seekor burung camar yang terbiasa hidup berkelompok dengan siklus hidup yang standar terbang mencari makan hingga suatu waktu mereka akan tumbuh dewasa dan beranak pinak kemudian mati. Jonathan adalah bagian dari kelompok tersebut yang terlahir dengan potensi dan rasa ingin belajar yang lebih besar dari burung camar lainnya, ia mencoba evaluasi diri mengenai perbedaan dirinya dan ia mencoba melampaui batasan tersebut meski mendapatkan banyak pertentangan dari koloninya. Keinginan untuk terus berkembang tumbuh menjadi kuat, ia ingin menjadi sosok yang lebih handal dalam bermanuver saat terbang dan hal ini cukup mencolok bagi kelompoknya. Ia mengalami sebuah penolakan yang besar dari kelompok dan keluarga tentunya, hingga pada akhirnya jonathan terluka saat tebang dan kemudian iapun terusir dari kelompoknya. Pada saat keterpurukan ia kemudian merasa sepi dan terasing, namun ia kemudian mencoba menguji batasan dirinya meski sedang terluka, terus menerus ia mencoba dan akhirnya ia bisa kembali terbang, di saat itulah kemudian ia bertemu dengan kelompok yang baru, kelompok yang ia rasa sangat sesuai dengan kebutuhannya, ia belajar dan terus belajar. Hingga berada pada titik tertentu ia kemudian merasa sudah cukup mampu dalam segala jenis terbang dan ia mendapatkan sebuah tantangan baru yaitu mengajarkan orang lain apa yang telah ia pelajari utamnya orang-orang yang ada di kampong halamannya. Tidak cukup sampai disitu, sebelum mengajarkan kepada orang lain lagi-lagi jonathan mendapatkan penolakan, hingga akhirnya ia diam-diam mengajarkan kepada beberapa ekor burung camar lainnya, hingga pada suatu musim dingin yang parah sehingga kelompoknya mengalami krisis pangan karena sulitnya mengambil ikan dilautan sehingga kesempatan ini menjadi momentum yang tepat bagi jonathan untuk memperkenalkan pengetahuan terbangnya dan akhirnya berhasil membantu kelompoknya melewati krisis tersebut.

ECOSIDE


ECOSIDE
SIDE TALK “ ETIKA LINGKUNGAN

Berbicara mengenai etika tidak hanya berbatas pada sikap pada lingkup social saja, namun etika terhadap lingkungan juga terdapat relevansi antara keduanya. Pada dasarnya kerusakan lingkungan berasal dari sebuah etika yang menyimpang tentunya. Dari sebagian banyak isu yang menjadi momok di tataran masyarakat dan dianggap urgen diantarnya kemiskinan, pendidikan, intoleransi, namun di antara semua itu isu lingkungan yang menjadi dasar fundamental kehidupan manusia. Etika manusia merupakan konsep dasar yang menentukan baik buruknya perilaku, sehingga kehadiran etika adalah untuk memberikan batasan pada manusia dalam menetapkan sikapnya. 

Kamis, 23 Januari 2020

Mengenal Lebih Dekat Sejarah Feminisme


Mengenal Lebih Dekat Sejarah Feminisme


Berbicara mengenai Sejarah feminisme, banyak orang yang beranggapan bahwa hal ini erat kaitannya dengan pengaruh barat karena pencetusnya ialah seorang wanita berketurunan inggris yaitu Mary Wollstonecraft pada tahun 1792 lewat bukunya yang berjudul A Vindication of the rights of Women. Saat itu kesetaraan gender di ganungkan untuk memberikan kesempatan kepada perempuan untuk turut berpartisipasi dalam dunia politik. Wollstonecraft berpendapat bahwa perempuan memiliki kapasitas yang sama dengan laki-laki dalam aspek pemikiran dan politik adalah kemampuan berfikir dan mengambil keputusan yang tidak memiliki relevansi terkait kondisi fisik.

Feminisme sendiri mulai merebak ke Negara-negara eropa di era industry, sebab kesempatan bekerja laki-laki dan perempuan yang jauh berbeda sehingga sebagian besar perempuan kemudian menuntut hak-hak kerja yang sama dengan laki-laki utamnya pada bidang industry yang tidak membutuhkan maskulinitas individu. Sehingga mulailah bermunculan tokoh-tokoh feminisme dengan berbagai pola piker dan tuntutan sosialnya, diantaranya yaitu:

1.       Feminisme radikal
Merupakan gerakan feminism yang menuntut hak-hak perempuan yang seutuhnya bebas dari segala bentuk konspe pemahaman gender, aliran ini menuntut kesamaan yang utuh antara laki-laki dan perempuan tanpa adanya pemetaan peranan dan fungsi di tengah masyarakat.

2. 

Minggu, 19 Januari 2020

Pro dan Kontra RUUPKS


Pro Kontra RUUPKS (Keberpihakan UUD terhadap korban)


Kajian kali ini membahas mengenai keberadaan RUUPKS di tengah masyarakat Indonesia, kekerasan  terhadap perempuan menjadi suatu momok mengerikan yang tidak ada kunjung usainya. Perempuan kerap kali menjadi korban dan tidak dipedulikan oleh pihak berwenang bahkan dalam proses menuntut keadilan inipun perempuan masih menjadi objek yang tidak memiliki hak terhadap dirinya sendiri, belum lagi masyarakat yang turut memberatkan korban dengan adanya sangsi sosial dimana perempuan yang menjadi korban seksual di anggap sebuah hal yang lumrah yang di akbitkan oleh perilaku korban itu sendiri, masyarakat cenderung menilai korban seksual merupakan dampak dari perilaku korban. Alhasil kasus pelecehan seksual tidak pernah terdata dengan baik, disebabkan oleh dorongan untuk menutupi kasus seperti ini lebih besar dari keinginan untuk mengungkapkannya, apalagi saat ini kekerasan seksual dan pelecehan seksual dianggap hal yang tabu untuk dibicarakan hingga ke ranah pengadilan.

Adapun bentuk-bentuk kekersan seksual yang sering terjadi di Indonesia adalah sebagai berikut:
1.       Pelecehan seksual
Pelecehan seksual sendiri sangat sering dilakukan oleh masyarakat termasuk dalam hal cat calling dan keinginan untuk mendorong hasrat seksual, hal ini bisa dikategorikan sebagai bentk pelecehan seksual.

Rabu, 08 Januari 2020

REDEFENISI KECANTIKAN, KAPITALISASI PEREMPUAN MODERN


REDEFENISI KECANTIKAN, KAPITALISASI PEREMPUAN MODERN



Kecantikan dan redefenisinya merupakan bagian dari program kapitalisasi perempuan itu sendiri. Tanpa perempuan sadari, mereka telah menjadi objek dari tuntutan kecantikan yang didasarkan pada pandangan kaum adam dan bukan lagi berstandar dari perempuan itu sendiri. Perempuan dewasa ini menjadi salah satu objek dunia fashion yang sangat menjanjikan, dengan membuyarkan standar kecantikan perempuan sehingga mereka menjadi konsumen taat yang pada akhirnya menjadikan fashion dan produk kecantikan menjadi bagian utama dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.