ECOSIDE
SIDE
TALK “ ETIKA LINGKUNGAN”
Berbicara mengenai etika tidak
hanya berbatas pada sikap pada lingkup social saja, namun etika terhadap
lingkungan juga terdapat relevansi antara keduanya. Pada dasarnya kerusakan
lingkungan berasal dari sebuah etika yang menyimpang tentunya. Dari sebagian
banyak isu yang menjadi momok di tataran masyarakat dan dianggap urgen diantarnya
kemiskinan, pendidikan, intoleransi, namun di antara semua itu isu lingkungan
yang menjadi dasar fundamental kehidupan manusia. Etika manusia merupakan
konsep dasar yang menentukan baik buruknya perilaku, sehingga kehadiran etika
adalah untuk memberikan batasan pada manusia dalam menetapkan sikapnya.
Determinasi manusia terhadap
lingkungan menjadikan mereka menjadi pusat dari semesta, perlu disadari jika
keberadaan alam di sekitar kita dalah untuk menunjang hidup-hidup manusia,
sebagai pusat dari semesta maka manusia adalah penerima dan pemberi manfaat
kepada semesta. Permasalahan yang muncul kemudian adalah tekanan ekologis yang
diterima alam akibat eksploitasi berlebihan yang dilakukan oleh manusia dan
tidak adanya upaya penyembuhan dari proses eksploitasi tadi, dan kecenderungan
manusia mengeruk sumber bumi yang tidak dapat diperbaharui menjadi kunci
kerusakan alam yang paling massive. Penimbunan, penambangan, pembangunan dan
penebangan yang tidak sustainable dan renewable meletakkan alam berada di
posisi terpuruk, penggunaan energy yang habis pakai menghasilkan emisi gas yang
tidak sedikit, aktifitas masyarakat urban dengan segala bentuk gaya hidupnya
menyisakan jejak karbon yang besar serta peternakan yang membutuhkan lahan yang
luas mengakibatkan jutaan pohon harus tumbang. Konsep dasar semesta adalah
hubungan timbal balik antara manusia dan alam haruslah berimbang, dimana alam
memberi kemudian manusia juga memberi.
Cara hidup leluhur tidak sedikit
yang mengajarkan kita konsep dasar memberi dan diberi, menebang dan menanam,
namun sayangnya ketidakpuasan membuat manusia lupa bahwa mereka berpijak di
alam dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa tanpa alam, manusia perlu sadar
bahwa sesungguhnya Bumi tidak membutuhkan manusia namun manusia tentu sangat
membutuhkan bumi. Banyak saintis yang telah memprediksi titik kerusakan bumi
pada 2050, krisis air dan pemanasan global, kepunahan beberapa spesies dan
berkurangnya sumber pangan akan kita hadapi jika manusia belum berusaha untuk
mengambil langkah nyata saat ini. Manusia
cenderung mengambil materi sebanyaknya karena peningkatan kebutuhan yang tidak
pernah terpenuhi dan manusia kemudian memberikan balasan kepada alam berupa
sampah yang hanya memperburuk keadaan. Tidak sedikit diantara kita yang kemudian
hadir sebagai sosok radikal dalam menilai lingkungan, manipulative, eksplotatif
dan tak bertanggungjawab dengan anggapan bahwa Bumi akan sembuh dengan
sendirinya.
Dalam konsep antroposentris
dikenal sebagaai suatu konsep etika lingkungan yang memandang tinggi peran
manusia dalam menyeimbangi semesta, menjadikan peran manusia sebagai pusat dari
perputaran ekosistem. Dalam skala yang besar sudah disebutkan penyebab utama
kerusakan lingkungan, nah dalam skala kecil kita bisa mengkategorikan perilaku
eksploitatif berupa penggunaan barang-barang yang tidak terurai, menyisakan
jejak karbon dalam aktivitas harian berupa makanan, kendaraan, listrik dsb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar