Rabu, 12 Februari 2020

ECOSIDE


ECOSIDE
SIDE TALK “ ETIKA LINGKUNGAN

Berbicara mengenai etika tidak hanya berbatas pada sikap pada lingkup social saja, namun etika terhadap lingkungan juga terdapat relevansi antara keduanya. Pada dasarnya kerusakan lingkungan berasal dari sebuah etika yang menyimpang tentunya. Dari sebagian banyak isu yang menjadi momok di tataran masyarakat dan dianggap urgen diantarnya kemiskinan, pendidikan, intoleransi, namun di antara semua itu isu lingkungan yang menjadi dasar fundamental kehidupan manusia. Etika manusia merupakan konsep dasar yang menentukan baik buruknya perilaku, sehingga kehadiran etika adalah untuk memberikan batasan pada manusia dalam menetapkan sikapnya. 


Determinasi manusia terhadap lingkungan menjadikan mereka menjadi pusat dari semesta, perlu disadari jika keberadaan alam di sekitar kita dalah untuk menunjang hidup-hidup manusia, sebagai pusat dari semesta maka manusia adalah penerima dan pemberi manfaat kepada semesta. Permasalahan yang muncul kemudian adalah tekanan ekologis yang diterima alam akibat eksploitasi berlebihan yang dilakukan oleh manusia dan tidak adanya upaya penyembuhan dari proses eksploitasi tadi, dan kecenderungan manusia mengeruk sumber bumi yang tidak dapat diperbaharui menjadi kunci kerusakan alam yang paling massive. Penimbunan, penambangan, pembangunan dan penebangan yang tidak sustainable dan renewable meletakkan alam berada di posisi terpuruk, penggunaan energy yang habis pakai menghasilkan emisi gas yang tidak sedikit, aktifitas masyarakat urban dengan segala bentuk gaya hidupnya menyisakan jejak karbon yang besar serta peternakan yang membutuhkan lahan yang luas mengakibatkan jutaan pohon harus tumbang. Konsep dasar semesta adalah hubungan timbal balik antara manusia dan alam haruslah berimbang, dimana alam memberi kemudian manusia juga memberi. 

Cara hidup leluhur tidak sedikit yang mengajarkan kita konsep dasar memberi dan diberi, menebang dan menanam, namun sayangnya ketidakpuasan membuat manusia lupa bahwa mereka berpijak di alam dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa tanpa alam, manusia perlu sadar bahwa sesungguhnya Bumi tidak membutuhkan manusia namun manusia tentu sangat membutuhkan bumi. Banyak saintis yang telah memprediksi titik kerusakan bumi pada 2050, krisis air dan pemanasan global, kepunahan beberapa spesies dan berkurangnya sumber pangan akan kita hadapi jika manusia belum berusaha untuk mengambil langkah nyata saat ini.  Manusia cenderung mengambil materi sebanyaknya karena peningkatan kebutuhan yang tidak pernah terpenuhi dan manusia kemudian memberikan balasan kepada alam berupa sampah yang hanya  memperburuk keadaan.  Tidak sedikit diantara kita yang kemudian hadir sebagai sosok radikal dalam menilai lingkungan, manipulative, eksplotatif dan tak bertanggungjawab dengan anggapan bahwa Bumi akan sembuh dengan sendirinya. 

Dalam konsep antroposentris dikenal sebagaai suatu konsep etika lingkungan yang memandang tinggi peran manusia dalam menyeimbangi semesta, menjadikan peran manusia sebagai pusat dari perputaran ekosistem. Dalam skala yang besar sudah disebutkan penyebab utama kerusakan lingkungan, nah dalam skala kecil kita bisa mengkategorikan perilaku eksploitatif berupa penggunaan barang-barang yang tidak terurai, menyisakan jejak karbon dalam aktivitas harian berupa makanan, kendaraan, listrik dsb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar