Minggu, 14 Juni 2020

BUILDING PEACE WITH LOVE


BUILDING PEACE WITH LOVE

Kelas PLC kali ini dimulai dengan bercerita tentang film yang mewakili makna cinta, sontak yang terfikirkan adalah film Bollywood yaitu Kabhi Kushi Kabhi Gham. Film ini banyak bercerita tentang cinta bagaiman cinya bisa menguatkan juga bisa menghancurkan, karena cinta sepasang muda mudi menyatu, karena cinta sebuah keluarga menjadi hancur. Dalam sebuah hubungan cinta itu harus melibatkan imbuhan Di dan Me, sebab jika hanya menjadi salah satunya bisa jadi cinta itu tidak seimbang dan utuh. Lain soal jika kita bercerita tentang cinta secara universal, cinta bisa beragam wujudnya misalnya saja karena cinta terhadap Bumi ini maka saya ingin memperjuangkan keberlangsungan Bumi yang layak.

Apa itu cinta? Saya juga kurang paham dalam memahaminya, namun dalam prosesnya hampir melibatkan semua jenis emosi, ada yang baik pun yang buruk, dimata cinta semuanya baik-baik saja dan benar adanya. Sehingga lahirlah istilah cinta dan rasionalitasnya, maksudnya adalah aku mencintai dengan segala batasan kenormalan yang rasional dan tidak melanggar norma dan etika yang berlaku. Cinta itu harus ada batasnya dan dapat dirasionalisasikan biar tidak jadi bucin (Budak Cinta jadinya generasi baper nan galau) yang justru berdampak negative. Mislanya saja penguntit, rasa cinta yang hadir adalah sebuah anugrah namun karena cinta yang tak terbalas memunculkan dorongan untuk "menjadi lebih" yag justru melewati batas rasionalitasnya, bagi si pencinta itu adalah caranya dia mencintai, maka dalam proses mencintai atau dicintai ada rasionalisasi yang hadir untuk menjadikan hubungan tetap sehat dan baik-baik saja. 

Indicator utama cinta adalah Rindu, rasa ingin berjumpa yang di dorong oleh keinginan untuk mengulang rasa melalui perjumapaan atau mengulang kembali kenangan-kenangan yang kembali menghadirkan Rasa yang pernah hadir. Namun dalam perjalanan cinta ternyata ada beberapa jenis cinta yang tumbuh tanpa harus dibarengi perjumpaan, misalnya menjadi seorang muslim yang setiap saat bershalawat mengingat jungjungan hidup yang hanya dikenal melalui kisah atas kemuliaannya, setiap hari kita terus-terusan berdoa agar kelak berjumpa dengannya dalam kemuliaan naungan bimbingannya, kita tak pernah berjuma dengannya namun kita yakin bahwa dialah sang kekasih Allah s.w.t yang di utusnya untuk membimbing manusia menjadi manusia seutuhnya, dan inilah yang disebut RINDU.

FAMILY, COMMUNITY AND SOCIAL RESILIENCE


FAMILY, COMMUNITY AND SOCIAL RESILIENCE

Dalam setiap tahapan perkembangan diri menuju pribadi yang lebih baik, tentu aka nada banyak pertenttangan yang dihadapi. Pertentangan yang paling pertama adalah pertentangan pada diri sendiri, kemudian akan berkembang merambah ranah keluarga kemudian ke lingkungan social. Demikianlah tahapan perkembangan masalah yang pelan-pelan akan melahirkan engalaman baru yang kemudian bermetamorfisis dalam wujud sikap pirbadi yang lebih matang tentunya. Adversity ini family?, ertanyaan mendasar, aakah pertentangan dalam keluarga yang pernah kamu alami atau bahkan masih bergelut pada ranah ini? Yup, keluarga akan memenculkan pertentangan pada setiap keputusan kita sebagai bentuk intervensi ke-Dewasa-an orang-orang yang merasa lebih dewasa meski kadang lupa aspek kebijaksanaan jauh lebih penting dari kata dewasa yang di ukur dari batasan usia. Salah satu pertentangan yang saya alami berada di keluarga adalah keinginan saya untuk Mengikuti Indonesia Mengajar mungkin salah satunya. Sejak 2014 saya menyelesaikan studi dan berencana untuk mendaftarkan diri, sounding ke orang tua, malah dapat penolakan. Kurang lebih apa yang di sampaikan ibu banyak benarnya seputar bagaimana saya bisa hidup sendiri di lingkungan baru, bagaimana saya bisa tetap berkomunikasi dengan orang tua, kalau saya sakit gimana ngurusinnya dan masih banyak lagi, sempat terfikirkan, lha.. selama ini saya di Makassar juga sendiri kok, apa bedanya dengan berada di daerah yang kilometernya agak lebih besar angkanya, dengan tenang dijawabnya setidaknya saya tau kamu di mana dan saya bisa menyusukmu jika kamu membutuhkan saya. Wah…. Jawaban yang tidak mungkin saya bantah lagi. Saat itu juga saya sedang mengikuti program Sail Raja Ampat, pikirku ini sudah cukup untuk memuaskan rasa penasarnku dengan IM. Singkatnya saya tidak lagi terfikirkan untuk mengikuti program pengabdian, hingga suatu saat saya bertemu dengan Pengajar Muda dan kemudian keinginan itu kembali tumbuh dan sayapun menemukan strategi yang berbedda dari sebelmunya, jika sebelumnya izin dlu baru daftar sekarang kebalik, lolos dulu baru izin, dan tekhnik ini berhasil, ibu Cuma bilang, coba yah dulu saya izinkan sekarang kamu sudah pulang tentunya. Tentu jawaban ini bukanlah jawaban restu namun setidaknya pertentangannya sudah sedikit mereda. Disini saya belajar bahwa, masalah itu mekanismenya adalah di pelajari kemudian diselesaikan.