Selasa, 29 September 2020

BERKENALAN DENGAN IKHLAS

 BERKENALAN DENGAN IKHLAS



Tidak sehari melainkan dua hari, Keluar Main jilid 2 dilaksanakan di masamba untuk mendampingi adik-adik korban banjir bandang masamba. Ada luka yang belum mengering di hati mereka yang kehilangan anggota keluarga, ada hati yang sedang belajar untuk lapang menerima kenyataan bahwa rumah hanya menjadi kenangan yang silih datang berganti dan menyisakan lubang nyeri, ada pundak yang berjuang untuk tegar seolah semuanya baik saja sambil mengeja waktu untuk benar-benar baik dan ada kenangan yang sedang menguji takdir untuk berpamitan. Bukan hal sederhana untuk kembali tersenyum dan kembali sadar bahwa semuanya baik-baik saja, bukan persoalan sehari atau dua hari, bisa jadi setahun atau dua tahun untuk betul-betul sadar bahwa semua yang dibutuhkan adalah Ikhlas.

Hari pertama keluar main di adakan di pengungsi Meli, di sudut bukit perkebunan kelapa sawit tenda-tenda darurat berdiri dan berbaris rapi. Di iringi tawa dan sambutan hangat anak-anak meli kami berbaur, merangkai berbagai permainan dengan mencoba merajut kembali harapan bahwa biarlah yang lalu berlalu, mereka perlu merayakan kebahagiaan. Kehadiran kami membawa beribu harap dengan sederet kata semoga, lewat congklak, ular tangga, lompat tali, lego dan puzzle. Permainan ini di hadirkan untuk setidaknya menghibur anak-anak barang sejenak meski hanya sehari setidaknya mereka bisa sadar bahwa mereka tak sendiri dalam melalui hari-harinya, ada kami yang selalu melangitkan doa untuk kebahagiaan mereka.

Hari kedua dilaksanakan di Pasar Baebunta, disana saya bertemu degan baim si anak gembul yang paling jago beradu pantun, semoga ia juga sejago itu dalam beradu nasib. Ini kali kedua saya bertemu dengan baim, dia anak yang tidak selevel dengan saya tentunya karena level keihkhlasan dia jauh di atasku, dari dia saya belajar bahwa Bahagia itu di ciptakan bukan di tunggu, untuk menjadi bahagia segala yang kita butuhkan adalah tertawa itu saja, jika tawa itu sulit hadir maka hadirkan hal-hal yang bisa menciptakan tawa, jangan banyak berlogika hanya sekedar untuk merekahkan senyum. Setelah bermain dengan sepuasnya beberapa di antara kami kemudian bergeser ke Desa Maipi, sebuah desa di hulu sungai Masamba, yang terisolir pasca banjir sebab akses utama telah hanyut terbawa banjir. Anak-anak selalu nampak bahagia menyambut siapa saja yang datang bukan karena apa yang kami bawa namun karena mereka yakin bahwa selalu ada kebahagiaan bersama para relawan.

Sepulang dari maipi beberapa di antara kami memutuskan untuk berkunjung ke SD Balebo, ini kali kesekian kalianya saya bertemu dengan anak-anak pengungsi lontang, anak yang juga levelnya jauh di atas saya, termasuk sahabat saya Linda. Mereka adalah korban banjir bandang yang telah bergulat dengan banjir jauh sebelum banjir bandang hadir, rumah mereka menjadi langganan banjir yang di anggap biasa saja tanpa ada penanganan yang berarti, di sela perjuangan linda untuk tetap bersabar, Allah menghadirkan ujianyang lebih besar, selama tinggal rumah menjadi kata-kata terakhir yang terlontar di mulut linda bersama dengan beberapa anak lontang lainnya. Hingga pada akhirnya ia harus terbiasa untuk hidup di pengungsian tanpa pernah mengeluh, mereka tidak pernah berhenti bersyukur bisa selamat dan tetap hidup cukup untuk menjadi alasan hadirnya rasa syukur yang tak terhingga. Karena mereka sadar bahwa ada di antara mereka yang justru harus kehilangan anggota keluarga mereka yang pergi tanpa pamit dan belum ditemukan hingga saat ini. Kalau kita mencari alasan untuk tidak bersyukur maka akan ada banyak alasan untuk itu kok, pun sebaliknya jika yang kita cari adalah alasan-alasan untuk tetap bersyukur maka Allah akan membukakan seribu aasan untuk tetap bersyukur, sebab apa yang kamu cari adalah apa yang Allah akan tunjukkan kepada kita. Maka teruslah mencari kebaikan maka Allah akan menunjukkan seribu jalan kebaikan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar