Jumat, 20 Maret 2020

RESPECT


RESPECT


Dis-respect merupakan salah satu problematika bersosialisasi yang kerap kali menimbulkan berbagai prasangka dan ketidaknyamanan pada lingkup social kita. Pada pertemuan Peace Leader Class kali ini, respect menjadi tema besar materi yang dibahas, mulai dari berbagi cerita mengenai dis-respect. Saya mencoba membagikan satu cerita yang saya anggap sesuai dnegan kejadian di-respect, yaitu sekitar tahun 2002 saat itu Ibu saya memutuskan untuk mengenakan cadar, sebagian besar tetangga saya merasa tidak nyaman dengan keadaan itu belum lagi adik nenek saya Wahid Kadungga saat itu didakwa sebagai terduga teroris , sontak tetangga saya menunjukkan sikap yang tidak nyaman dengan kehadiran kami meski sudah bertahun-tahun hidup berdampingan. Tapi sering waktu berlalu, semuanya membaik, orang-orang mulai banyak yang paham mengenai penggunaan cadar dan kami bukan keluarga ekstrimis seperti yang mereka prasangkakan. Dis-Respect itu terjadi karena “fail to meet one of your expectation have no reasonable excuse for my failure”, jadi ketika kita mengekspektasikan sesuatu terjadi sebagai bentuk respon dari sikap atau tindakan kita dan kemudian ekspektasi tersebut tidak terwujud maka saat itulah muncul dis-respect kita terhadap orang lain. 

Understanding respect, kita perlu memahami respek itu seperti apa dan bagaimana ia terbentuk dalam pikiran kita, berikut tahapan-tahapan yang perlu kita sadari dan pahami.


Awareness, Kesadaran kita mengenai segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak Allah S.W.T, tidak kurang dan lebih, jauh sebselum kita lahirpun semuanya sudah menjadi kehendak  Allah S.W.T. sebelumnya mari kita sedikit berfikir mengenai “ menurutmu, ketika awal mula segala kejadian di seluruh alam semesta ini, apa yang pertama kali di ciptakan tuhan?”. Kalau merujuk ke teori Big-bang maka yang pertama kali ada adalah semesta, namun sapakah ada hal lain yang tuhan pikirkan sebelum dia menciptakan semesta? Jawabannya adalah Ketetapan. Allah S.W.T telah mendesain sedemikian rupa segala halnya, isi dan ruang yang ada sesuai dengan yang Ia tetapkan dan sebagai bentuk ujian hamba-Nya. Lantas bagaimana dengan ketetapan orang yang bunuh diri? Apakah Allah S.W.T telah menetapkannya dengan takdir yang seperti itu? Iya, Allah S.W.T telah menetapkannya demikian, namun perlu dipahami bahwa selain ketetapan itu masih ada ketetpan lain yang dapt menjadi pilihan hambanya apakah ia memilih jalan yang di Ridhoi-Nya ataukah jalan yang dimurkai-Nya. Ketetapan adalah suatu kejadian yang mendapatkan restu Allah S.W.T untuk terjadi, maka saat Ia mengatakan Kun fa Ya Kun, maka terjadilah. Jadi dapat disimpulkan bahwa Awareness adalah segala kesadaran atas ketetapan tuhan. Meyakini bahwa segala yang datang dan pergi, segala yang menimpa kita itu sudah ditetapkan.

Anthusiasm, setelah memahami konsep kesadaran maka dari sana terwujudlah sebuah sikap antusias atas segala yang terjadi, karena kesadaran yang terbentuk ynag berlandaskan pada keyakinan peran Tuhan, maka sikap kita dalam menyikapi setiap kejadian adalah antusias. Dalam tahapan inilah biasanya manusia kembali mendapatkan ujian karena kehadiran “Free Will”, hadirnya kebebasan dalam menginginkan sesuatu. Hal ini saya refleksikan sebagai ujian manusia dalam menentukan sikapnya yaitu sikap yang diridhoi atau dimurkai, memilih antusias atau menolak atas ketetapan tersebut. Tugas manusia adalah melakukan yang terbaik “here and Now” disini dan saat ini, sebab sedetik yang lalu adalah masa lalu dan sedetik kemudian adalah misteri yang berada pada control Tuhan bukan kita. Pada tahapan ini saya kemudian kembali mencoba bertanya pada diri, seberapa antusias saya dalam menyadari setiap kejadian, jawabku mungkin tergantung mood ku, adakalanya saya memilih bodo amat, toh juga tidak ada manfaatnya buat saya, dan hal ini telah melanggar konsep “here and now”, mengapa? Setelahnya ada penyesalan, kenapa tadi saya tidak begini ya, kenapa tadi saya tidak ngomong begini ya? Dan semuanya berlalu, menjadi pelajaran adalah jawaban yang paling tepat untuk menenagkan diri dan pikiran, sebab saat itu free will nya saya yang bermain tanpa pertimbangan apa-apa, kalau hal ini keseringan terjadi maka kesadaran ketetapan tuhan menjadi bias dan bahkan hilang, yang ada adalah prasang kita terhadap orang lain.

Appreciate, setelah antusias kita perlu mengapresiasi setiap kejadian, dalam tahapan ini perlu dihadirkan emphaty, salah satu contoh yang paling menarik disini adalah contoh Bunga Putih Ungu, yang kita temui dimana-mana, “Bunga yang tak diketahui namanya namun dihormati oleh langit dan bintang” .
                                                  https://bibitbunga.com/product/bandotan/

potongan lirik lagu ini menyadarkan kita bahwa bentuk apresiasi hadir disana, kadangkala kita berfikir terlalu jauh dalam mengimajinasikan bentuk apresiasi padahal apresiasi itu tidak perlu dalam wujud yang lain cukup dalam wujud sikap kita, menunjukkan bahwa kita menghargai setiap kejadian atau peristiwa, menghargai setiap orang yang kita temui dan sadar bahwa peristiwa itu adalah kehendak Allah S.W.T. pada tahapan ini saya merefleksikan bahwa, tahapan ini dibutuhkan kesadaran yang utuh bahwa kita adalah hamba yang sedang di uji untuk melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya setiap saat dan dimanapun, sebab semua yang kita hadapi adalah ketetapan Allah S.W.T yang mutlak. Contoh sederhana adalah bagaimana kita mengapresiasi makanan yang terhidang di pirng kita? Sudahkah kita mencoba menghayati setiap jerih payah yang ada di dalamnya, setiap tetes keringat yang terkucurkan oleh pejuang tanah para petani, yang pada akhirnya usaha itu hadir dalam bentuk hidangan yang hangat di piring kita, kemudian dengan angkuhnya kita hanya mencicipinya yang kadang kala kita menghujatnya dan hidangan tersebut harus berakhir di tempat sampah. Disinilah kemudian empati harus ditumbuhkan, menghargai setiap upaya orang lain. “Sesungguhnya Allah S.W.T mewahyukan kepadaku (Muhammad S.A.W) agar kalian beersikap rendah hati hingga tidak seorangpun yang bangga atas yang lain dan tidak berbuat aniaya terhadap yang lain”. (HR. Muslim), sebab ketika empati tidak hadir maka kesombongan bisa saja mengambil alih kita, dan kita gagal dalam mewujudkan sikap respek tersebut. Jadi pada fase ini hadirkan empati tadi dalam bentuk wujud sikap yang apresiatif sehingga kita bisa mewujudkan sikap respek dengan baik. Sebab hasil rasa menghargai dan penghargaan adalah buah dari respect. Dimana respect ini harus hadir pada setiap lini kehidupan kita, kita terhadap diri sendiri, kita terhadap orang lain dan kita terhadap alam dan lingkungan. 




Respect


Apreciate

Anthusiasm
Awareness



Selain itu saya menambahkan sedikit refleksi mengenai sikap membandingkan, yang menurut saya sikap ini juga merupakan bentuk kegagalan kita dalam mewujudkan kepedulian terhadap orang lain, satu-satunya hal yang dapat dibandingkan adalah diri kita sendiri, contoh misalnya, kita membandingkan diri kita dari hari kemarin, hal in boleh dilakukan, namun jika pembandingnya adalah saya atau dia yang lebih baik maka saat itu kita gagal dalam menghargai. “ Apakah yang menghalangimu untuk beersujud waktu aku menyuruhmu? “iblis menjawab”, ‘Aku lebih baik daripada dia (Adam): Engkau menciptakan aku dari api sedangkan dia engkau ciptakan dari tanah. ‘(Qs. AL’Araf ; 12), dari ayat ini saya belajar bahwa salah satu sifat iblis adalah membandingkan.

(materi ini dibawakan oleh kak Therry Alghifary di Peace leadership Class)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar