Selasa, 29 September 2020

BERKENALAN DENGAN IKHLAS

 BERKENALAN DENGAN IKHLAS



Tidak sehari melainkan dua hari, Keluar Main jilid 2 dilaksanakan di masamba untuk mendampingi adik-adik korban banjir bandang masamba. Ada luka yang belum mengering di hati mereka yang kehilangan anggota keluarga, ada hati yang sedang belajar untuk lapang menerima kenyataan bahwa rumah hanya menjadi kenangan yang silih datang berganti dan menyisakan lubang nyeri, ada pundak yang berjuang untuk tegar seolah semuanya baik saja sambil mengeja waktu untuk benar-benar baik dan ada kenangan yang sedang menguji takdir untuk berpamitan. Bukan hal sederhana untuk kembali tersenyum dan kembali sadar bahwa semuanya baik-baik saja, bukan persoalan sehari atau dua hari, bisa jadi setahun atau dua tahun untuk betul-betul sadar bahwa semua yang dibutuhkan adalah Ikhlas.

Hari pertama keluar main di adakan di pengungsi Meli, di sudut bukit perkebunan kelapa sawit tenda-tenda darurat berdiri dan berbaris rapi. Di iringi tawa dan sambutan hangat anak-anak meli kami berbaur, merangkai berbagai permainan dengan mencoba merajut kembali harapan bahwa biarlah yang lalu berlalu, mereka perlu merayakan kebahagiaan. Kehadiran kami membawa beribu harap dengan sederet kata semoga, lewat congklak, ular tangga, lompat tali, lego dan puzzle. Permainan ini di hadirkan untuk setidaknya menghibur anak-anak barang sejenak meski hanya sehari setidaknya mereka bisa sadar bahwa mereka tak sendiri dalam melalui hari-harinya, ada kami yang selalu melangitkan doa untuk kebahagiaan mereka.

Senin, 14 September 2020

30 Hari Bersama Penyintas

 

30 Hari Bersama Penyintas

Ini kisah tentang mereka yang berhasil melampaui peliknya rasa dan berhasil memaknai arti Hadir

Di mulai sejak tanggal 12 Juli 2020, masamba malam itu mengalami banjir yang dahsyat, sebuah rumah hanyut dan menyisakan puing-puing, seorang bapak hanya memluk pohon dan berharap ada yang segera menolongnya. Malam itu masyrakat berfikir, mungkin inilah banjir terparah yang pernah terjadi di masamba. Solidaritas pemudia mulai bermunculan, galang dana di pinggir jalan dan media social dilakukan, untuk menolong para pengungsi yang rumahnya terendam banjir, saat itu semua berfikir mungkin besok lebih baik. Esoknya 13 Juli 2020, masyarakat mulai kembali berani memasuki rumah mereka, mengamankan barang ke lantai 2, menaruh barang berharga di atas lemari dan mengambil beberapa keperluan, saat sibuk mengurusi barang tersebut air bah kembali datang, dengan pikiran bahwa “ah, ini sudah biasa terjadi”, namun tidak sedikit yang salah kaprah malam itu, air yang super dahsyat datang dengan membawa material pasir, tanah, kayu dan bebatuan menyapu bersih Kota Masamba, dalam sekejap Masamba menjadi Kota mati, berikut dengan hanyutnya beberapa warga yang menjadi korban malam itu.

Malam itu ada seorang gadis bernama Wardah, saat itu dia memilih untuk kembali kerumahnya dan menikmati waktunya bersama Ibu, ia hanya ingin berbaring bersama ibunya, bercengkrama dan menghabiskan waktu, itu saja. Tak terasa air telah menggenangi rumahnya, kemudian ia memutuskan untuk beranjak dan mengajak ibunya meninggalkan rumah dan mengungsi, namun dalam perjalanan itu air bah datang dan menghantam mereka berdua, ia menggenggam erat ibunya dan meraih sebuah tiang, memeluk erat tiang tersebut dan ibunya dengan sekuat tenaga sembari berharap seseorang menolongnya, kemudian lewatlah sebuah kasur yan entah asalnya dari mana, kemudian ibunya menyuruhnya untuk naik terlebih dahulu, saat sudah berada di atas kasur dan hendak menarik ibunya juga naik, tiba-tiba sebuah kayu yang berukuran tidak sedang menghantam ibunya, seketika ibunya pingsan dan terlepaslah ia dari genggaman anaknya, ia menghilang terbawa arus.. wardah yang merasa lemah tak lagi bisa berbuat apa-apa, ia berteriak minta tolong namun apalah daya setiap orang sedang berusaha menyelamatkan dirinya masing-masing. Takdir berkata lain wardah hanyut terbawa arus dan arus itu menuntunnya kedalam masjid, ia selamat dengan berbagai luka di tubuhnya, namun luka di hatinya tentu tak sebanding. Kata-kata yang keluar dari lidahnya saat saya jenguk adalah “Kak, saya kuat InsyAllah, tidak usah khawatir ini takdir saya dan saya ikhlas”.