MENGENALI FASE KEPEMIMPINAN
(ALEGORI JONATHAN LIVINGSTONE SEAGULL)
Berawal dari kisah seekor burung
camar yang terbiasa hidup berkelompok dengan siklus hidup yang standar terbang
mencari makan hingga suatu waktu mereka akan tumbuh dewasa dan beranak pinak
kemudian mati. Jonathan adalah bagian dari kelompok tersebut yang terlahir
dengan potensi dan rasa ingin belajar yang lebih besar dari burung camar
lainnya, ia mencoba evaluasi diri mengenai perbedaan dirinya dan ia mencoba
melampaui batasan tersebut meski mendapatkan banyak pertentangan dari
koloninya. Keinginan untuk terus berkembang tumbuh menjadi kuat, ia ingin
menjadi sosok yang lebih handal dalam bermanuver saat terbang dan hal ini cukup
mencolok bagi kelompoknya. Ia mengalami sebuah penolakan yang besar dari
kelompok dan keluarga tentunya, hingga pada akhirnya jonathan terluka saat
tebang dan kemudian iapun terusir dari kelompoknya. Pada saat keterpurukan ia
kemudian merasa sepi dan terasing, namun ia kemudian mencoba menguji batasan
dirinya meski sedang terluka, terus menerus ia mencoba dan akhirnya ia bisa
kembali terbang, di saat itulah kemudian ia bertemu dengan kelompok yang baru,
kelompok yang ia rasa sangat sesuai dengan kebutuhannya, ia belajar dan terus
belajar. Hingga berada pada titik tertentu ia kemudian merasa sudah cukup mampu
dalam segala jenis terbang dan ia mendapatkan sebuah tantangan baru yaitu
mengajarkan orang lain apa yang telah ia pelajari utamnya orang-orang yang ada
di kampong halamannya. Tidak cukup sampai disitu, sebelum mengajarkan kepada
orang lain lagi-lagi jonathan mendapatkan penolakan, hingga akhirnya ia
diam-diam mengajarkan kepada beberapa ekor burung camar lainnya, hingga pada
suatu musim dingin yang parah sehingga kelompoknya mengalami krisis pangan
karena sulitnya mengambil ikan dilautan sehingga kesempatan ini menjadi
momentum yang tepat bagi jonathan untuk memperkenalkan pengetahuan terbangnya
dan akhirnya berhasil membantu kelompoknya melewati krisis tersebut.
Dari gambaran cerita di atas kita
dapat melihat bahwa jonathan adalah sosok pemimpin yang terlahir dengan bakat
kepemimpinannya dan menjadi tangguh melalui berbagai halangan dan rintangan. Dari
setiap alur cerita ini tentu kita merefleksikannya dalam kondisi realitas kita,
atau sesorang yang kita kenal. Dalam perjalanan jonathan sangat jelas ada misi
individu yang ia bawa, hal ini mengingatkan saya akan MIMPI, sejak kecil kita
diajarkan untuk bermimpi meski cara menggapainya tidak pernah diajarkan kepada
kita, namun kita mencoba mencari
mekanisme yang pas agar mimpi tersebut kemudian bisa terwujud. Namun untuk
menguji kepemimpinan kita, tentu tidak cukup sampai disitu saja Ferguso… akan
ada penolakan-penolakan yang muncul entah dari diri sendiri, keluarga bahkan
lingkungan social kita. Bukankah Allah S.W.T. Bersabda bahwa “Aku tidak akan mengubah nasib suatu kaum
sebelum ia mengubah dirnya sendiri”, untuk berada pada fase berubah tentu
kita akan melewati jalan-jalan tersunyi dan paling kering diantara jalan-jalan
lainnya tentu anda harus berubah dulu sebelum lingkungan itu dapat berubah.
Perjalanan Jonathan tentu
perjalanan yang sangat berliku, sadar atau tidak fase yang ia lewati merupakan
takdir yang sudah seharusnya ia lewati sebelum menyelamatkan kelompoknya. Bukan
suatu kebetulan, perjalanan jonathan jelas menjadi representase dari perjalanan
seorang pemimpin dengan siklus cinta terhadap diri sendiri kemudian cinta
terhadap orang lain, membelajarkan diri sebelum membelajarkan orang lain. Pada
fase Jonathan terbuang saya sempat merefleksikan diri, beberapa kejadian di
masa lampau mengingatkan saya bahwa saya pernah terbuang dari kelompok, saat di
kampus misalnya dimana kantin menjadi tempat ternyaman bagi sebagian besar
orang termasuk teman kelas saya untuk sekedar bertutur sapa, diskusi bahkan
gibah. Di saat itu pula saya merasa Sekretlah tempat ternyaman saya dengan
segala hiruk pikuk prokernya. Sudah naluri mungkin, untuk sekedar tetap
bertahan hidup kita butuh kelompok, saat di kelompok yang satu kita mendapatkan
penolakan mungkin saja tidak di kelompok lainnya.
Sejatinya hidup kita ini adalah
ujian dimana kita perlu melewati setiap fasenya dengan sadar akan segala
kekurangan, kelebihan dan peluang. Kemudian fase selanjutnya adalah sabar, bahwa
tidak ada jalan yang mudah untuk ditaklukkan, setiap fase memiliki level
tantangannya sendiri. Dan fase terakhir adalah bersyukur, fase yang sudah kita
jalani tadi dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga terlepas bagaimana hasilnya adalah fase yang akan mengantarkan kita menjadi pribadi yang lebih
baik tentunya meski harus terluka, sakit dan kesepian. Pada fase ini masalah
masih akan berlanjut, saat diri sudah dapat di taklukkan maka tugas akhirnya
adalah “Sebaik-baik manusia adalah ia
yang bermanfaat untuk orang lain”, fase ini adalah fase menaklukkan orang
lain. Pada fase ini sosok kepemimpinan kita akan di uji oleh lingkungan kita, sebab
kapabilitas harus ditunjukkan melalui action.
Pada fase ini saya sedikit
merefleksikan diri, sempat kepikiran di usia saya yang sudah segini saat perempuan
lainnya sudah sibuk dengan urusan rumah tangga atau professional kerja, saya
justru melibatkan diri di komunitas bahkan membetuk komunitas. Pertanyaan
masih berlanjut, apa saya fasenya terlambat dan sebagainya. Satu hal yang saya
bisa pastikan pada fase ini adalah Kebahagiaan., saya bertemu dengan
orang-orang yang bervisi masyarakat bukan bervisi individu, saya bertemu dengan
orang-orang yang memikirkan masa depan orang lain di atas masa depan sendiri,
saya bertemu dengan orang yang mampu melihat orang lain utuh sebagai manusia. Siklus
kepemimpinan Jonthan jelas masih jauh dari siklus kepemimpinan yang akan saya
lewati tentunya, minimal posisi saya dalam fase penyempurnaan kepemimpinan
sudah tertebak sejak saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar