Rabu, 07 September 2011

Potret Buram Pendidikan Indonesia





Menatap wajah pendidikan yang buram, turut memburamkan masa depan bangsa. Keburaman pendidikan di Indonesia ini meyebabkan negara kita jauh tertinggal dari negara lain. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia merupakan totok utama dari permasalahan yang ada, kualitas yang rendah dan tak bermutu itulah sosok pendidikan yang kita enyam sekarang ini.

Pendidikan di indonesia masih jauh dari apa yang diharapkan, hal ini bukan hanya sekadar opini yang terngiang dalam benak masyarakat indonesia namun hal ini terbukti dari survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. 

Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam, data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survei dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.

Data diatas menunjukkan jika penunjang pendidikan tidak berkualitas, mengapa tidak tanaga pengajar yang mutunya masih diragukan serta fasilitas yang tidak mendukung menjadi problematika yang sudah menjamur. Jelas kita ketahui rendahnya sumberdaya manusia di negara ini disebabkan pendidikan yang sampai saat ini masih saja buram, sehingga penyediaan manusia yang diharapkan mampu mengubah negara juga nihil. 


Output yang sama dihari kemarin menyebabkan negara ini tetap sama dengan hari kemarin dengan menggunakan 1001 cara untuk memperbaiki sistem pendidikan, kurikulum yang selalu berubah dan dijadikan sebagai bahan uji coba tanpa hasil yang jelas dengan keluaran yang membingungkan.

Pengajar yang diharapkan menjadi tombak yang mampu mencerdaskan anak bangsa juga turut menuahkan keresahan, gelar pendidikan yang juga mereka peroleh turut dipertanyakan. Bagaimanakah masa depan negara kita jika “mereka” yang diharapkan mampu merombak anak bangsa juga ternyata tidak dapat mengemban amanah, sosok oemar bakrie telah hilang seiring dengan kebobrokan negara ini.
Bom Waktu 
Pendidikan yang semakin tertinggal dari rute perjalanannya, meningkatkan kekhawatiran dalam relung jiwa kita yang makin teriris melihat kebobrokan negara tercinta kita, SDM yang sangat rendah tidak memberikan peluang bagi negeri ini agar mampu bersaing dengan negara lain. Pendidikan sekarang ini  bagaikan bom waktu yang terus menghitung mundur mendekati titik ledaknya. Bom ini sewaktu-waktu akan meledak jika tidak segera dijinakkan.
Salah seorang guru dari Bali sempat menuangkan ceritanya dalam sebuah blog tentang guru yang telah lupa bagaiman cara mendidik anak, mereka hanya menitik beratkan pada hafalan bukan comprehensiond atau pemahaman. kita terlalu fokus pada ujian hanya siswa hanya di Drill dengan soal soal ujian. padahal kita faham makna dari pendidikan adalah to Educate bukan menghafal. Inilah contoh sederhana jika sistem yang diterapkan dalam mengajar merupakan langkah yang tidak tepat, alhasil keluarannyapun sebatas penghafal dengan fungsi otak sebagai buffer, mereka tidak mampu mengembangkan daya nalar lebih jauh.
Efektifitas dan Efesiensi Pendidikan
Efeefktifitas yang bertujuan untuk memudahkan peserta didik belajar dengan baik dan mudah. Penyampaian materi mudah terserap dan tidak membosankan, inilah tujuan dari efektifitas pembelajaran. Kurikulum yang senantiasa berubah yang entah berantah alasan digantinya, dapat menyebabkan goal para pendidik yang tidak jelas sehingga pengajaran yang jelas pula tolok pencapainnya. Goal yang tidak jelas dalam proses pendidikan formal maupun non formal mampu memburamkan potret pendidikan, menjadi masalah besar jika gambaran dari misi pendidikan tidak jelas serta tri darma pendidikan turut hanya menjadi slogan tanpa makna.
Tidak hanya sebatas itu, tenaga pengajar turut memburamkan pendidikan di Indonesia, gelar sarjana yang kini menjadi ladang uang yang cukup menghasilkan turut memberi andil dalam runtuhnya pendidikan di negara ini, gelar sarjana kini telah menjadi bisnis yang sangat menjanjikan.
Selanjutnya efesiensi pendidikan kini telah berubah makna, dimana arti dasar efesiensi kini hanya dipandang sebagai kata yang telah kehilangan makn, untaian kata-kata yang menjanjikan kini hanya berupa catatan pada kertas buram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar