PEREMPUAN DAN FEMINISME; KARTINI ERA GLOBALISASI
Globalisasi adalah
era yang menuntun terjadinya integrasi diseluruh bidang, feminisme di suarakan
sebagai bentuk penyetaraan agar integrasi diseluruh aspek dapat tercapai. Hal
inilah yang diperjuagkan oleh kartini di era penjajahan, dimana pendidikan dan
kesempatan berpartisipasi bagi wanita dapat di integrasikan tanpa adanya
asimetri gender. Pada dasarnya perempuan tidak ada kaitannya dengan jenis
kelamin jika ditinjau dari aspek kemampuan dalam bekerja dan bersaing secara
global, hanya saja ditengah kita pemikiran patriaki masih melekat, menjadikan
gender sebagai alasan untuk tidak melibatkan perempuan dalam berbagai kegiatan
sosial mulai dari pengambilan keputusna dan kedudukan dalam bekerja.
Ketimpangan
gender merupakan pola asimetri sosial yang diakibatkan oleh pemahaman patriarki
yang memandang perempuan memiliki fungsi rendah di tengah masyarakat. Pola
pikir yang berwawasan gender tidak memandang perbedaan kedudukan antara kedua
stereotipe yang berbeda tersebut, secara fungsional mereka sama. Tidak dapat
dipungkiri jika kedua stereotipe tersebut memiliki perbedaan yaitu keberadaan
perempuan sebagai fungsi pengemban reproduksi dan pembinaan sumber daya
manusia. Dalam beberapa hal
perempuan memang jauh berbeda dari laki-laki, tuntutan untuk pembinaan
pendidikan keluarga harus bersumber dari seorang perempuan misalnya saja
tahapan mengandung hingga melahirkan dan pendidikan yang mengantarkan proses
perkembangan awal anak, hal ini telah memberikan pembeda yang signifikan antara
dua stereotip tersebut.
Perjuangan perempuan dalam upaya peningkatan kesetaraan
sosial ditandai dengan penyetaraan gender, hal ini bertujuan untuk menyetarakan
kesempatan, hak dan status sosial perempuan. Pemahaman patriarki dalam sudut
pandang masyarakat tradisional tidak begitu mempermasalahkan kesetaraan gender
sebab agama telah menjelaskan perbedaan antara keduanya, pemahaman inilah yang
kemudian memberikan tendensi terhadap wanita dalam pembatasan ruang lingkup
gerak. Perjuangan demi kesetaraan diperjuangkan oleh perempuan sejak indonesia
berjuang menjemput kemerdekaannya.
Kemerdekaan
negara tidak terlepas pula dari peranan seorang wanita, Sebut saja nama Keumala Malahayati atau
dikenal dengan Laksamana Malahayati yang menjadi Panglima Perang Armada Laut
Wanita saat Aceh diperintah oleh Ali Riayat Shah (1586-1604), Alaudin Riayat
Syah (1604-1607), dan Iskandar Muda (1607-1636). Dalam buku Vrouwelijke Admiral
Malahayati karangan Marie van Zuchtelen, Malahayati diceritakan memimpin armada
yang terdiri atas 2.000 prajurit perempuan. Selain Malahayati, kita kenal juga
Martha Christina Tiahahu (1801-1818), Cut Nyak Dien (1850-1908), yang
perjuangannya dilanjutkan anaknya, Cut Meurah Gambang, Cut Meutia, Pocut Baren,
dan banyak lagi pejuang wanita di sana.
Kemudian di era perjuangan tanpa senjata, pejuang
perempuan yang bernama R.A Kartini (1879-1904) berjuang demi kemajuan kaum
perempuan, ia berjuang dalam memajukan pendidikan bagi kaum perempuan. Beliau
telah menyadarkan masyarakat jika perempuan juga harus mnegenyam pendidikan
seperti layaknya kaum pria. Di Nusantara ini tidak hanya Kartini yang berjuang
dalam peningkatan taraf hidup perempuan, sejarah mencatat beberapa nama seperti
Rohana Kudus yang menaikkan nama perempuan dibidang jurnalistik Indonesia,
Rasuna Said menjadi perempuan pertama yang ditangkap karena pidatonya mengecam
tajam katidak adilan pemerintah belanda pada tahun 1923 di Semarang.
Sejak kemerdekaan negara ini perempuan telah memiliki
dedikasi yang tinggi, sekalipun pembatasan terhadap ruang gerak perempuan masih
sangat kental namun pergerakan perempuan tetap tak terbendung, apalagi dijaman
sekarang yang telah memberikan kesempatan menyeluruh yang disebut feminisme
seharusnya menggerakan perempuan menjadi lebih aktif dalam meneruskan
perjuangan kartini. Dalam penelitian McKinsey menerangkan jika salah satu
langkah yang harus di tempuh untuk memaksimalkan potensi indonesia adalah
dengan meningkatkan kualitas perempuan dimana mereka mampu bersaing secara
global dan dapat memajukan kesejahteraan.
Perempuan memiliki dedikasi tinggi
terhadap kemajuan bangsa hal ini ditunjukkan dengan mulai bermunculan perempuan
yang mengetuai berbagai instansi pemerintahan dan yang lebih luar biasanya lagi
pimpinan negara tertinggi yaitu presiden pernah diduduki oleh kaum hawa, dan
saat inipun pengusaha juga banyak bermunculan dari kaum perempuan misalnya saj
terbentuknya Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI). Hal ini menunjukkan
jika kesempatan untuk bersaing telah terbuka seluas-luasnya bagi kaum hawa,
sudah selayaknya kita perempuan memanfaatkan kesempatan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar