PEMUDA
LEGISLATIF YANG EKSLUSIF DAN EKSPRESIF
Indonesia negara
kesatuan yang mencapai kemerdekaannya melalui semangat juang pemudanya,
mengusir penjajah dan memukul mundur pasukan jepang. Kemerdekaan tidak hanya dicapai
begitu saja, jelas dibutuhkan sebuah konsep cerdas dan strategi jitu dan yang
tak kalah pentingnya yaitu kesempatan dan peluang yang dimanfaatkan dan
dianalisis ketepatan penempatan pelaksanaan strategi. Kecerdasan pemuda
indonesia jelas tergambar dimana konflik yang terjadi pada pasukan sekutu
dimanfaatkan sebagai sebuah peluang besar utuk melaksanakan serangan balik,
sehingga konflik tersebut memberikan keuntungan secara langsung kepada para
pemuda. Mereka mampu melihat peluang disela-sela kekacauan yang terjadi
sehingga kemerdekaan dengan segera dijemput di gerbang kemerdekaan.
Tidak dapat dipungkiri
jika kesan ekslusif dan ekspresif pemuda ligislatif saat ini menjadikan sosok
eksekutor yang disfungsional. Peranan yang hanya sifatnya temporal dengan
tujuan menggaungkan nama dan menjaga eksistensi melalui kegiatan yang sifatnya
ekspresif seperti ketika mereka berperan dalam pembuatan regulasi orientasi,
pleno dan masih banyak kegiatan lainnya. Menggaungka keberedaan melalui
kegiatan yang tidak secara substansial tidak memberikan efek yang berarti buat
kemajuan mahasiswa.
Keberadaan pemuda
legislatif yang seharusnya menjadi regulator dalam proses kemajuan mahasiswa
mengalami disfungsional dimana pihak birokrat yang mulai kehilangan kepercayaan
akan keberadaan dan fungsi mereka yang tidak jelas. Justru pihak birokrat yang
hanya menganggap keberadaan mereka sebagai sebuah formalitas keutuhan sebuah kampus,
kesan penghambur-hambur uangpun mereka sandang, tak ada prestasi yang mereka
torehkan seperti soe hok gie dan arif rahman hakim yang mampu menumbangkan
rezim orde baru. Bambu runcing sudah bukan zamannya untuk berada di genggaman
tangan namun pena untuk menuangkan dan menemukan idelah yang dapat menumbangkan
disfungsional lembaga.
Kesan ekslusif melekat
pada pemuda legislatif dimana mereka diangkat sebagai dewan perwakilan
mahasiswa, penyambung dan percontohan mahasiswa. Aspirasi yang disuarakan
dijalan-jalan hanya sebatas pelengkap keberadaan, anarkisme mencuat sebagai
bentuk eksistensi pejuang kebenaran. Hal
ini ditunjukkan dengan munculnya beberada pemberitaan di surat kabar, utamnya
di makassar sendiri, dimana pemuda legislatif di anggap hanya menimbun dana
kemahasiswaan dan tidak berfungsi sesuai dengan orientasi kerjanya.
Dapat disimpulkan jika saat ini pemuda
legislatif telah mengalami saat-saat surutnya, dimana fungsi yang tidak
berjalan sesuai dengan orientasi kerja menimbulkan pemberitaan dan penurunan
kepercayaan akan fungsi dan peranan mereka. Ada yang berpendapat jika kita
tidak seharusnya memarginalkan kondisi tersebut namun banyaknya informasi dan
opini masyarakat menjadi representasi sosok pemuda legislatif saat ini.
(maaf jika subjektifitas penulis memenuhi setiap sudut tulisan diatas)....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar