Senin, 09 November 2015

EKSISTENSI BUDAYA TILA’ SEBAGAI BENTUK PENGAKUAN MASYARAKAT TERHADAP TOMAKAKA DI MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA

EKSISTENSI BUDAYA TILA’ SEBAGAI BENTUK PENGAKUAN MASYARAKAT TERHADAP TOMAKAKA DI MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA
(part 1)

Masamba merupakan sebuah kecamatan yang terletak di tengah kabupaten Luwu Utara, dengan luas wilayah 1.068,85 Km2. Posisi yang strategis ini menjadikan Masamba sebagai kecamatan yang ideal untuk dijadikan ibukota Kabupaten Luwu Utara. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Rampi di bagian Utara, Kecamatan Mappedeceng dan Kecamatan Malangke merupakan batas di bagian Timur dan Selatan, sedangkan di bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Baebunta.
Kecamatan Masamba berada pada bagian utara kerajaan besar Luwu yang terbagi menjadi 4 kelurahan, 15 desa dan 2 unit pemukiman transmigrasi yang tersebar diseluruh kecamatan Masamba. Keseluruhan wilayah Kecamatan Masamba berada pada ketinggian antara 50 sampai 300 meter di atas permukaan laut.
Tomakaka adalah cikal bakal Marang Cina Torongkonge, sebutan gelar Tau Toa, sementara marang Cina Torongkonge, adalah orang yang dipertuan agungkan atau raja dan tau toa adalah sebutan untuk orang yang dituakan. Kedudukan Tomakaka sebagai penjaga stabilitas kerakyatan dari segala sisi kemasyarakatan dan memegang kendali sepenuhnya terhadap pemerintahan. Dalam sistem pemerintahan terdahulu keberadaan tomakaka sebagai penjaga atau pengatur stabilitas pemerintahan dan perekonomian masyarakat sekaligus pemegang kendalai atasnya. Keberlangsungan suatu daerah tidak lepas dari peran yang dimainkan oleh pemimpin daerah tersebut.