Jumat, 04 Januari 2013

PEREMPUAN DAN FEMINISME; KARTINI ERA GLOBALISASI


PEREMPUAN DAN FEMINISME; KARTINI ERA GLOBALISASI 

Globalisasi adalah era yang menuntun terjadinya integrasi diseluruh bidang, feminisme di suarakan sebagai bentuk penyetaraan agar integrasi diseluruh aspek dapat tercapai. Hal inilah yang diperjuagkan oleh kartini di era penjajahan, dimana pendidikan dan kesempatan berpartisipasi bagi wanita dapat di integrasikan tanpa adanya asimetri gender. Pada dasarnya perempuan tidak ada kaitannya dengan jenis kelamin jika ditinjau dari aspek kemampuan dalam bekerja dan bersaing secara global, hanya saja ditengah kita pemikiran patriaki masih melekat, menjadikan gender sebagai alasan untuk tidak melibatkan perempuan dalam berbagai kegiatan sosial mulai dari pengambilan keputusna dan kedudukan dalam bekerja.


Ketimpangan gender merupakan pola asimetri sosial yang diakibatkan oleh pemahaman patriarki yang memandang perempuan memiliki fungsi rendah di tengah masyarakat. Pola pikir yang berwawasan gender tidak memandang perbedaan kedudukan antara kedua stereotipe yang berbeda tersebut, secara fungsional mereka sama. Tidak dapat dipungkiri jika kedua stereotipe tersebut memiliki perbedaan yaitu keberadaan perempuan sebagai fungsi pengemban reproduksi dan pembinaan sumber daya manusia. Dalam beberapa hal perempuan memang jauh berbeda dari laki-laki, tuntutan untuk pembinaan pendidikan keluarga harus bersumber dari seorang perempuan misalnya saja tahapan mengandung hingga melahirkan dan pendidikan yang mengantarkan proses perkembangan awal anak, hal ini telah memberikan pembeda yang signifikan antara dua stereotip tersebut. 

Perjuangan perempuan dalam upaya peningkatan kesetaraan sosial ditandai dengan penyetaraan gender, hal ini bertujuan untuk menyetarakan kesempatan, hak dan status sosial perempuan. Pemahaman patriarki dalam sudut pandang masyarakat tradisional tidak begitu mempermasalahkan kesetaraan gender sebab agama telah menjelaskan perbedaan antara keduanya, pemahaman inilah yang kemudian memberikan tendensi terhadap wanita dalam pembatasan ruang lingkup gerak. Perjuangan demi kesetaraan diperjuangkan oleh perempuan sejak indonesia berjuang menjemput kemerdekaannya.

Kemerdekaan negara tidak terlepas pula dari peranan seorang wanita, Sebut saja nama Keumala Malahayati atau dikenal dengan Laksamana Malahayati yang menjadi Panglima Perang Armada Laut Wanita saat Aceh diperintah oleh Ali Riayat Shah (1586-1604), Alaudin Riayat Syah (1604-1607), dan Iskandar Muda (1607-1636). Dalam buku Vrouwelijke Admiral Malahayati karangan Marie van Zuchtelen, Malahayati diceritakan memimpin armada yang terdiri atas 2.000 prajurit perempuan. Selain Malahayati, kita kenal juga Martha Christina Tiahahu (1801-1818), Cut Nyak Dien (1850-1908), yang perjuangannya dilanjutkan anaknya, Cut Meurah Gambang, Cut Meutia, Pocut Baren, dan banyak lagi pejuang wanita di sana. 

Kemudian di era perjuangan tanpa senjata, pejuang perempuan yang bernama R.A Kartini (1879-1904) berjuang demi kemajuan kaum perempuan, ia berjuang dalam memajukan pendidikan bagi kaum perempuan. Beliau telah menyadarkan masyarakat jika perempuan juga harus mnegenyam pendidikan seperti layaknya kaum pria. Di Nusantara ini tidak hanya Kartini yang berjuang dalam peningkatan taraf hidup perempuan, sejarah mencatat beberapa nama seperti Rohana Kudus yang menaikkan nama perempuan dibidang jurnalistik Indonesia, Rasuna Said menjadi perempuan pertama yang ditangkap karena pidatonya mengecam tajam katidak adilan pemerintah belanda pada tahun 1923 di Semarang. 

Sejak kemerdekaan negara ini perempuan telah memiliki dedikasi yang tinggi, sekalipun pembatasan terhadap ruang gerak perempuan masih sangat kental namun pergerakan perempuan tetap tak terbendung, apalagi dijaman sekarang yang telah memberikan kesempatan menyeluruh yang disebut feminisme seharusnya menggerakan perempuan menjadi lebih aktif dalam meneruskan perjuangan kartini. Dalam penelitian McKinsey menerangkan jika salah satu langkah yang harus di tempuh untuk memaksimalkan potensi indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas perempuan dimana mereka mampu bersaing secara global dan dapat memajukan kesejahteraan.

Perempuan memiliki dedikasi tinggi terhadap kemajuan bangsa hal ini ditunjukkan dengan mulai bermunculan perempuan yang mengetuai berbagai instansi pemerintahan dan yang lebih luar biasanya lagi pimpinan negara tertinggi yaitu presiden pernah diduduki oleh kaum hawa, dan saat inipun pengusaha juga banyak bermunculan dari kaum perempuan misalnya saj terbentuknya Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI). Hal ini menunjukkan jika kesempatan untuk bersaing telah terbuka seluas-luasnya bagi kaum hawa, sudah selayaknya kita perempuan memanfaatkan kesempatan tersebut.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar