Selasa, 20 September 2011

GERAKAN SADAR BUDAYA; UPAYA PEMUDA REVITALISASI IDENTITAS BANGSA

Gerakan Sadar Budaya;
 Upaya Pemuda Revitalisasi identitas bangsa

Perubahan pola perilaku serta pergeseran nilai, menjadi langkah yang mengarahkan indonesia semakin mendekatai krisis jati diri. Sentralisasi budaya yang berubah arah, menjadikan indonesia insomnia terhadap asal muasalnya.  Dari pakaian, bahasa, budaya lokal, hingga nilai dalam masyarakat kini telah mengalami pergeseran, budaya forminitas telah mendarah daging.

Indonesia merupakan negara yang memiliki begitu banyak varietas, secara spesifik keadaan sosial budaya di indonesia sangat kompleks, mengingat indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar yang terlahir dengan berbagai suku yang berbeda serta 67 budaya induk yang tersebar di seluruh wilayah indonesia. Negara yang serba multi, seperti itulah gambaran dasar negara kesatuan RI yang tercatat dalam sejarah dengan multi bahasa, agama dan budaya.

Secara garis besar kebudayaan merupakan jati diri sebuah kedaulatan yang perlu dijaga dan dilestaraikan, oleh sebab itu perlu adanya suatu pelestarian secara turun-temurun sehingga cipta, karsa, dan karya manusia tersebut tidak hilang. 


Menjadikan budaya sebagai warisan nenek moyang yang bernilai tinggi, sewajarnya telah menjadi keharusan yang tak terindahkan lagi tiap masyarakat yang berada dibawah naungan bhineka tungggal ika. Pergeseran budaya yang tidak dapat dielakkan menjadikan kita hanya mampu mengigit jari menyikapi fenomena yang terjadi, budaya asing kini menjadi kebutuhan pokok yang mewarnai hari-hari bangsa.


Lebih Cepat memburuk
Masyarakat makin menderita penyakit insomnia akut, memory bangsa hanya terpenuhi dengan datangnya era global, era dimana budaya asing menjadi primadonna. Di Tapanuli (Sumatera Utara), duapuluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading (alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan, remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Tapi itu dulu!!. Lantas sekarang?? Maka jawabannya adalah semua tinggal kenangan. Dikala  teknologi merebak pesat dimana kemudahan seharusnya disajikan justru semakin menyulitkan kita menikmati secara langsung kebudayaan tersebut, kitapun apatis terhadap kondisi realitas, dimana budaya kita hanya menjadi sebuah video buram dalam ensiklopedi layar kaca. 
Pergeseran yang bergerak cepat menyibakkan sebuah kesan jika fungsi pengindraan telah hilang dari masyarakat. Pergerakan era globalisasi yang begitu cepat dengan ritme yang menghanyutkan, identitaspun turut terseret didalamnya dan melebur. Radhakrishnan dalam bukunya Eastern Religion and Western Though (1924) menyatakan “untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita, entah suka atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah lagi terpisah. Artinya, kini tak ada lagi yang hal yang identik dalam negara ini. identitas yang dulunya diemban, malah empunya hanya memandang warisan luhur sebagai slogan tanpa makna.
Mari Kita Lanjutkan!!
Tidaklah sepatutnya skeptisitas meggerogoti relung kita dalam menanggapi fenomena yang ada. Saatnya pemuda menyuarakan sadar budaya, sebagai bentuk pembudidayaan warisan yang hampir punah. Apakah tidak sepatutnya kita melakukan penjelajahan guna menemukan kembali jati diri bangsa ini?. “Sumpah Pemuda” bukan hanya sebatas ikrar klasik penghias museum dan catatan kuno buku sejarah, namun hari ini dan seterusnya akan bersemayam dalam jiwa  pemuda indonesia. 
Semangat juang para perikrar sumpah pemuda sudah selayaknya juga ditiru dan menjadi budaya yang menjadi pedoman dalam proses penerapan nilai-nilai sosial, sehingga kibaran merah putih bukan hanya di ujung tiang tapi juga di dalam hati sebagai langkah awal dari perevitalisasian identitas bangsa. Budaya yang memiliki pergerakan yang bermuara pada pencarian jati diri kedaulatan  senantiasa mengiringi langkah pemuda indonesia.
Meningkatkan kesadaran akan budaya adalah langkah awal yang cukup baik untuk memulai lembaran baru dalam menggerakan pemuda untuk melakukan perombakan sperti yang dilantunkan dalam lagu Rhoma Irama” masa muda, masa yang berapi-api”, artinya gejolak juang melakat kuat dalam diri pemuda sehingga menjadikannya tumpuan harapan bangsa. Peranan pemuda sangtlah penting dalam melanjutkan semangat patrioteisme untuk memperjuangkan serta mempertahankan kebudayaan kita, bukan hanya sekeder menggerutuki keadaan, tapi saatnya kita menjadi pelaku bagi perubahan negara, melahirkan pahlawan baru dalam sejarah baru.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar